Sunday, 21 February 2016 1 komentar

Laporan Praktikum Kunjungan Lapangan di Merapi Golf, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Lapangan golf adalah sebuah media bermain olahraga cabang golf, Golf adalah salah satu dari permainan yang tidak memiliki lapangan permainan yang standar, melainkan dimainkan di padang golf yang masing-masing memiliki desain unik, maka dari itu lapangan golf disetiap tempat selalu berbeda ukuran, topgrafi serta lingkungan sekitar pun berbeda. Dan bisa dikatakan bahwa padang golf merupakan tempat olahraga paling indah dan paling sejuk, karena alam terbuka di desain khusus menjadi sebuah arena golf. Pada zaman ini banyak masyarakat yang melakukan aktivitas yang berhubungan dengan kesehatan tubuh hal ini tentu tidak terlepas dari berbagai macam bentuk olahraga yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan tersebut. Keberadaan suatu tempat olahraga yang memenuhi syarat mutu dan kualitas yang baik juga akan mempengaruhi keadaan perekonomian daerah tersebut. Salah satu yang dimaksud adalah tempat  olahraga yang dapat membuat suatu daerah menjadi terkenal yaitu Merapi Golf.
Merapi Golf  merupakan institusi pelayanan olah raga golf bagi masyarakat umum, khususnya bagi kalangan menengah keatas. Merapi golf di bangun pada tahun 1994 oleh seorang pengusaha yang bernama Yuwono Kolopaking, dan di rancang oleh Peter thomson dan Wolfrit, serta menghabiskan dana sekitar 75 M, mulai dibuka pada tahun 1996 sampai dengan sekarang, lokasinya berada dibawah kaki gunung merapi dengan luas tanah keseluruhan sekitar 67 hektar dan semuanya milik desa yang disewa oleh PT. Merapi Golf.  Dari 67 Ha tanah tersebut terdiri dari 34 Ha lapangan rumput, 2,5 Ha untuk perawatan tanaman, 23,5 Ha untuk bangunan managerial ( Land staping ).
Merapi Golf diprakasai dari Keraton Jogja karena pada saat itu investor menuju ke Keraton meminta saran agar bisa dibuatkan suatu usaha yang bisa menampung lapangan kerja yang cukup banyak. Saat masih konstruksi PT. Merapi Golf memakai tenaga kerja sampai 700 orang dan sampai sekarang tenaga kerja yang dipergunakan masih sekitar 500 orang, sudah cukup banyak untuk lingkungan desa.
Pengelolaan rumput dilapangan golf ini tidak lepas dengan penggunaan pestisida untuk mengatasi hama pada rumput-rumputnya. Pestisida atau bahan kimia pembasmi serangga kini digunakan secara luas oleh masyarakat petani. Pestisida, selain merupakan alat pembasmi serangga, juga merupakan racun yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Karena itu perlu ditangani dengan baik dan hati-hati. Pestisida yang biasa kita dapat di pasar adalah dalam bentuk cair, tepung atau butiran. Ketiganya sama berbahayanya bagi kesehatan. Pestisida dapat masuk kedalam tubuh melalui kulit, pernapasan, mulut, dan mata.

Salah satu dampak negatif yang dapat ditimbulkan akibat adanya kegiatan di Merapi Golf adalah limbah dari pestisida yang digunakan untuk perawatan rumput yang ada, begitu juga dengan limbah-limbah lain yang berbentuk gas dan padat. Oleh karena itu, kami melakukan kunjungan lapangan ke Merapi Golf Kepuharjo-Cangkringan Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada hari Jumat, tanggal 08 Januari 2016, Pukul 09.00 wib oleh Mahasiswa Institut Teknologi Yogyakarta untuk melihat langsung kondisi lingkungan di sana serta mengetahui secara langsung bagaiaman pengelolaan lingkungan di sana.


1.2 Rumusan Masalah

a)       Bagaimana Pengelolaan lingkungan di lapangan Merapi Golf.
b)    Apakah pengaruh pestisida dan bahan kimia lainnya yang digunakan dalam pengelolaan Lapangan Merapi Golf.
c)    Bagaimana proses yang ditempuh untuk mengelolah buangan pestisida pada Lapangan Merapi Golf.


1.3 Maksud dan Tujuan

      a)    Untuk Mengetahui pengelolaan lingkungan di lapangan Merapi Golf.
     b)  Untuk mengetahui pengaruh pestisida dan bahan kimia lainnya yang digunakan dalam pengelolaan Lapangan Merapi Golf.
    c) Untuk mengetahui proses yang ditempuh untuk mengelola buangan pestisida pada Lapangan Merapi Golf.
     d)    Tujuan dari penulisan laporan praktikun ini adalah untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah Limbah B3 serta sebagai media informasi bagi pembaca.


     1.4  Waktu dan Tempat

     Praktikum ini dilakukan di Lapangan Golf Merapi Golf Kecamatan Cangkirangan Kabupaten Sleman Yogyakarta pada tanggal 8 Januari 2016. 


1.5  Teknik dan Instrument Pengumpulan Data

     Data primer

          Data primer yang akan di kumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang di peroleh secara langsung melalu pengamatan, wawancara dan Tanya jawab dengan bapak I Wayan Ribawa (Suprenter Merapi Golf).



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pestisida

Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cide yang berarti pembasmi. Pestisida adalah bahan kimia yang digunaka untuk, membasmi, membunuh, mencegah, atau mengendalikan organisme pengganggu termasuk organisme penyebar penyakit dengan tujuan meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan manusia. Sasaran pestisida bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Dalam bahasa sehari-hari pestisida disebut sebagai “racun” akan tetapi tidak selamanya beracun. Dari sasaran penggunaannya, pestisida dapat berupa :
§ insektisida (serangga)
§ fungisida (fungi/jamur)
§ rodensida (hewan pengerat/Rodentia)
§ herbisida (gulma)
Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga. Insektisida dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem horom, sistem pencernaan, serta aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga pengganggu tanaman. Insektisida termasuk salah satu jenis pestisida.

2.2 Manfaat dan Dampak Pestisida

2.2.1     Manfaat Pestisida
Penggunaan ini juga didorong beberapa kelebihan pestisida dibandingkan dengan cara pengendalian hama/penyakit lainnya, kelebihan ini diantaranya adalah sebagai berikut :
a.    Mudah didapat dan penggunaannya ekonomis
Pestisida mudah sekali didapat terutama di toko-toko pertanian banyak sekali menjual pestisida sehingga mempermudah untuk menjangkaunya. Selain itu penggunaan pestisida secara ekonomis masih menguntungkan dibandingkan dengan metode lain.
b.    Dapat diaplikasikan dengan mudah
Pestisida dapat dengan mudah diaplikasikan menggunakan peralatan yang relatif sederhana.
c.    Dapat diaplikasikan pada setiap waktu dan tempat dan hasil dapat dilihat dalam waktu yang relatif singkat.
Pestisida dapat diterapkan pada setiap waktu (pagi, siang, sore ataupun malam)  tergantung situasi dan keadaan di sekitar tempat yang akan dilakukan penyemprotan karena tidak ada yang mengatur tersebut terkecuali masalah dosis pemakaian sehingga mempermudah aplikasi dilarang serta waktu yang digunakan juga relatif singkat sehingga dapat terlihat hasilnya. Keberhasilannya tergantung pada efektivitas penggunaannya baik dosis dan kondisinya.
d.    Efektivitas penggunaan persatuan
Penggunaan pestisida dapat dengan cepat meskipun pada areal yang cukup luas, dengan menggunakan alat mitdblower, power sprayer atau juga dengan pesawat terbang sekalipun.

2.2.2     Dampak Negatif pestisida
Dampak negatif yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan pestisida kimia antara lain:
1.    Pencemaran lingkungan
2.    Keracunan tingkat akut
3.    Hama menjadi kebal (resisten)
4.    Peledakan hama baru (resurjensi)
5.    Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen
6.    Terbunuhnya musuh alami
7.    Kecelakaan bagi pengguna
2.2.3     Komposisi Penggunaan Pestisida
            Komposisi pestisida antara lain terdiri dari :
a.    Cairan emulsi terdiri dari bahan aktif, pelarut serta bahan perata
b.    Butiran terdiri dari  aktif, bahan pembawa terdiri dari talek dan kuarsa serta bahan perekat
c.    Debu dari bahan aktif dan zat pembawa seperti talek
d.    Tepung (powder) terdiri dari bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah liat atau talek
e.    Oli
f.     Fumigasi (fumigant)
Penggunaan pestisida merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama walaupun jenis obatnya manjur, akan tetapi jika penggunaannya tidak benar maka akan sia-sia. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida diantaranya :
a.  Keadaan angin yang tenang dan stabil akan mengurangi pelayangan partikel pestisida di udara.
b.  Suhu udara, apabila suhu dibagian bawah lebih panas akan bergerak naik keatas.
c.   Kelembaban akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel.


2.3 Pengelolaan Limbah

Untuk menanggulangi bahaya yang ditimbulkan dari pembuangan limbah, khususnya limbah pestisida, maka harus dibangun fasilitas pengolahan limbah. Tujuan dari dibangunnya sarana pengolahan limbah ini antara lain untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan, mengurangi beban pengotoran terhadap badan air, agar tidak memperberat pencemaran. Bahkan apabila mungkin dapat digunakan kembali sebagai air baku, air minum atau irigasi. Aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan limbah cair adalah :
1.   Sumber air limbah ( lokasi, jenis kegiatan, debit )
2.   Komposisi dan karakteristik limbah.
3.   Kegiatan pelayanan dan pemeliharaan terutama mengenai bahan yang digunakan atau dibuang.
4.   Sistim perpipaan, saringan penerima, saluran pengaliran dan sentral pengolahan.
5.   Sarana pendukung
6.   Sistim pengolahan
7.   Pemeliharaan

Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
1.      Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organic  yang stabil dan mudah menguap.

2.      Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi.

3.   Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organic berupa lumpur dari hasil proses tersebut.
4.  Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur  yang dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.
Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter yaitu total solids residue (TSR), kandungan fixed residue (FR), kandungan volatile solids (VR), kadar air (sludge moisture content), volume padatan, serta karakter atau sifat B3 (toksisitas, sifatkorosif, sifat mudah terbakar, sifat mudah meledak, beracun, sertasifat kimia dan kandungan senyawa kimia).
Contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya. Cd dihasilkan dari lumpur dan limbah industry kimia tertentu sedangkan Hg dihasilkan dari industry klor-alkali, industri cat, kegiatan pertambangan, industry kertas, serta pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah hitam dan accu. Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi rendah.



BAB III
HASIL PENGAMATAN

Kunjungan lapangan di merapi golf telah dilaksanakan pada tanggal 08 Januari 2016. Dalam kunjungan lapangan di Merapi golf di Kec. Cangkringan Kab. Sleman Yogyakarta, perawatan rumput di Merapi Golf membutuhkan pestisida, yang kalau penggunaannya tidak sesuai dengan aturan akan menimbulkan dapak negatif terhadap lingkungannya.  Merapi Golf yang terdiri dari 34 Ha lapangan rumput terbagi menjadi 18 hole dengan posisi ketinggian 800 dari permukaan laut sehingga cukup tinggi, cukup segar udara, bebas dari polusi dan tidak terlalu bising. Dari 18 hole masing-masing hole terdiri dari hold green ( tempat jatuhnya bola ), PRW ( lahan jatuhnya bola) dan tiebold. Perawatan rumput ini dilakuan dengan melakukan aerater dan pemotongan setiap hari dan pemupukan dua minggu sekali. Rumput ini di jaga sekali dari kelembaban karena jika kelembabannya melebihi 80% rumput tersebut akan stres yang mengakibatkan tumbuhnya banyak cendawan. Pestisida yang digunakan meliputi fungisida dan insektisida. Penggunaan pestisida tidak tentu tergantung dari kebutuhan, pada saat normal pestisida yang digunakan 2 cc/liter dan jika parah 3 cc/liter, dengan perbandingan 125 liter air = 300 gr pestisida dalam 1000 m². dan hal ini dapat dibuktikan dari hasil wawancara dengan pengelola Merapi Golf yang menyatakan bahwa hasil uji laboratorium terhadap kualitas air di Merapi Golf yang menggunakan standar baku mutu air minum tidak melewati ambang batas dan aman jika di buang kelingkungan.


3.1 Proses Pemeliharaan Rumput
Adapun jenis rumput yang dipakai :
1.    Jenis rumput Bermuda, dengan tipe 419 yang berasal dari Amerika Serikat
2.    Jenis rumput Ever Green (rumput halus)
Dengan permainan, dibagi menjadi 3 daerah hasil yang ditanami jenis rumput yang berbeda yaitu :
1.    Daerah Green
Didaerah ini dilakukan pemotongan rumput setiap hari
2.    Daerah Fairway
Didaerah ini dilakukan pemotongan rumput dua kali dalam seminggu dengan panjang 3 cm.
3.    Daerah Teebox
Didaerah ini dilakukan pemotongan rumput 3 kali dalam seminggu dengan panjang 5 cm.


3.2 Penggunaan Pestisida

Di Merapi Golf, sebelum menggunakan pestisida hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana aerasinya, Ph, kelembaban dan tingkat stress dari injakannya. Ketika semuannya masih baik tetapi terjadi kerusakan rumput oleh gulma dan jamur, atau tumbuhnya lumut diarea permainan dan itu terjadi secara terus menerus 2-3 hari maka dapat diaplikasikan dengan pestisida. Dengan tumbuhnya rumput maka dapat mengganggu permainan para pegolf, karena permainan menjadi licin, dan dapat menghambat pertumbuhan rumput. Namun daerah green, pestisida digunakan untuk mencegah timbulnya jamur dan ulat. Pestisida yang digunakan adalah pestisida disemprot. Dari area 67 Ha, hanya sebagian saja yang mendapat aplikasi pestisida yaitu 5 kg/2,3 Ha dengan komposisi air 1,3 m3.
Dari penggunaan pestisida, maka dapat menimbulkan dampak, baik dampak negatif maupun dampak positif.
a.    Dampak Positif
-          Matinya ulat pemakan rumput
-          Matinya jamur pemakan rumput
-          Matinya lumut yang menghambat perumbuhan rumput dan mengganggu pemain golf

b.    Dampak Negatif
Bila digunakan secara berlebihan maka air tanah dan udara dapat menjadi tercemar.


3.3 Penggunaan Pupuk

Jenis pupuk yang digunakanya itu Urea dan NPK. Daerah dan Pearway hanya digunakan aplikasi pupuk urea dengan aplikasi 10 kg/Ha dan NPK 1 tahun dua kali. Di Merapi Golf tidak menggunakan pupuk organic yang biasa membawa sampah, sehingga menyebabkan genangan dan mendatangkan nyamuk yang berpotensi besar bagi vector penyakit.
Dampak positif dari penggunaan pupuk adalah menyuburkan dan membantu pertumbuhan tanaman, sedangkan dampak negatif dari penggunaan pupuk adalah dapat membuat tanah menjadi kurang subur serta dapat mencemari tanah dan air.


3.4  Pembuatan Drain/Perencanaan

Untuk membuang air  limbah dibuat drainase pembuangan yang menyerupai sirip ikan. Air dari draenase disalurkan dengan menggunakan pipa ke solokan dan dialirkan ke kolam penampungan (pengumpul). Dikolam ini dipelihara ikan sebagai indikator atau tolak ukur apabila terjadi pencemaran.


3.5  Pengelolaan dan Pengolahan

1.    Untuk mencegah agar tidak terjadi pencemaran terhadap air tanah, maka setiap 6 bulan sekali sample yang berasal dari pengumpulan air diambil sebagai sempel untuk dibawah ke BTKL untuk diperiksa di laboraturium.
2.    Kualitas udara juga selalu dipantau setiap 6 bulan sekali, agar tidak terjadi pencemaran udara oleh debu atau gas lain hasil pembakaran bahan bakar fosil dari mesin juga dari asap hasil pembakaran sampah.
3.    Untuk buangan dari dapur yang berupa limbah cair, maka dibuatkan bak penampungan (pengendap). Limbah ini juga dilakukan pengecekan setiap 6 bulan sekali.
4.    Pengecekan yang dilakukan setiap 6 bulan sekali berupa RPL dan RKL, merupakan persyaratan yang harus dipenuhi. RPL dan RKL ditujukan untuk;
·   Kepala Daerah Propinsi DIY
·   Bupati Setempat
·   BAPELDALDA
·   Dinas Pariwisata,dan
·   Kecamatan setempat


BAB IV
PEMBAHASAN

Merapi Golf merupakan suatu bentuk kegiatan usaha yang akan menghasilkan dampak bagi lingkungan sekitar, tidak hanya alam sekitar tapi juga bagi lingkungan ekonomi, sosial dan budaya. Melalui kajian yang yang telah dilakukan maka dari dampak itu dilakukan suatu bentuk pengelolaan agar dapat memaksimalkan dampak positif serta meminimalkan bahkan menghilangkan dampak negatif yang ada.
Dampak positif dari adanya Merapi Golf bagi masyarakat adalah adanya lapangan pekerjaan bagi masayrakat sekitar. Dari banyak caddy yang ada serta staf dari Merapi Golf berasal dari masyarakat sekitar Merapi Golf. Hal ini tentu berdampak baik bagi pendapatan masyarakat tersebut. Pengelolaan lingkungan di Merapi Golf merupakan pengelolaan yang berbasis kepada lingkungan. Ada sebagian lahan yang disediakan khusus sebagai lahan penghijauan dan lahan untuk satwa. Beberapa jenis pohon di tanam untuk kepentingna lingkungan dan ada juga pohon yang di tanam untuk mengundang kehadiran burung di sekitar lapangan Golf.
Dampak negatif adalah dampak yang tidak dikehendaki, dari suatu kegiatan biasanya dampak negatif ini selalu ada. Dampak negatif dari suatu lapangan golf bagi lingkungan biasanya berasal dari aliran air dari rumput lapangan golf yang diberikan pestisida, karena akan berdampak buruk bagi lingkungan perairan akibat kandungan kimia dari pestisida tersebut. Selain itu, penggunaan air yang banyak juga dapat mengurangi jumlah kebutuhan air bagi lingkungan lainnya. Namun pembangunan Merapi Golf ini telah melewati izin AMDAL sehingga akan ada pengelolaan lingkungan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan dampak begatif tersebut.
Merapi Golf yang terdiri dari 34 Ha lapangan rumput terbagi menjadi 18 hole dan masing-masing hole terdiri dari hold green ( tempat jatuhnya bola ), PRW ( lahan jatuhnya bola) dan tiebold. Perbedaan dari masing-masing bagian adalah jenis rumputnya, yang didatangkan dari amerika yaitu bermuda 419, epper green. Perawatan rumput ini dilakuan dengan melakukan aerater dan pemotongan setiap hari, dan pemupukan. Rumput ini di jaga sekali dari kelembaban karena jika kelembabannya melebihi 80% rumput tersebut akan stres yang mengakibatkan tumbuhnya banyak cendawan. Pemberian pestisida di lakukan pada pagi hari, dilakukan oleh petugas yang dibekali dengan alat pelindung diri agar tidak terpapar bau berbahaya dari pestisida. Setelah diberi pestisida, untuk menghilangkan bau menyengatnya, maka rumput yang di beri pestisida di berikan air.

Di Merapi Golf juga sering terjadi permasalahan yang dihadapi oleh para pekerjanya terutama dalam pemeliharaan rumput dan tanaman.  Beberapa permasalahan dalam melakukan perawatan tersebut, antara lain :
1.    Ancaman jamur saat terjadi pergantian cuaca.
     Untuk mengatasinya dilakukan penyemprotan dengan bahan kimia yang dilakukan dengan alat khusus, dimana diusahakan bahan kimia tidak ikut diterbangkan angin.        
2.    Pencemaran Pestisida
Untuk pemeliharaannya juga digunakan pestisida, sekitar 1,95 Ha atau 5 % saja dari total area rumput (39 Ha) yang mendapatkan aplikasi pestisida dalam periode 6 bulan sekali, sedangkan pemupukan biasanya digunakan pupuk organic. Dilakukan juga pengecekan air pada drainase yang ada untuk mengetahui adanya pencemaran pestisida atau tidak.

3.    Perawatan Daerah Green
      Daerah Green merupakan daerah yang digunakan untuk memukul bola didalam bermain golf. Rumput yang digunakan adalah rumput khusus dan di export dari luar negeri. Sehingga sudah sangat penting untuk melakukan perawatan pada bagian yang terpenting dalam lapangan golf.
Sistem yang digunakan dalam membangun Merapi Golf adalah sistem Cut dan Land fill, dengan bentuk berbukit-bukit dan sedikit dataran rata. Sebelum ditanami rumput, di bawah dibangun sumur-sumur peresapan dengan kedalaman 5 meter  dan diisi dengan batuan 50 % batuan koral dan 30 % pasir. Hal tersebut diharapkan agar air hujan yang masukakan terserap dan lapangan tidak becek/banjir. Di sekeliling lapangan juga dibangun saluran drainase yang bertujuan untuk menampung air hujan dari permukaan tanah/rumput.  Penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama rumput seperti orong-orong, gangsir, cacing, uret, serta tikus pada musim panas. Pestisida yang digunakan meliputi fungisida dan insektisida. Penggunaan pestisida tidak tentu tergantung dari kebutuhan, pada saat normal pestisida yang digunakan 2 cc/liter dan jika parah 3 cc/liter, dengan perbandingan 125 liter air = 300 gr pestisida dalam 1000 m².   Pestisida hanya digunakan pada saat ada penyakit yang menyerang, biasanya pada saat perubahan musim. 
Upaya penanggulangan limbah pestisida di Merapi Golf, adalah air limbah yang meresap pada sumur resapan di tampung dalam kolam, yang didalam kolam itu diberi ikan  sebagai kontrol nilai ambang  batas, apabila tidak melebihi ambang batas yang di perbolehkan ikan akan bertelur dan menetas, namun apabila melebihi ambang batas maka ikan tidak berkembang biak dari dalam kolam tersebut. Untuk pemantauan kualitas likungan, pihak pengelola bekerja sama dengan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL)   untuk memeriksa kualitas udara, kualitas air di Merapi Golf dan pada sumur-sumur penduduk disekitar daerah tersebut secara rutin 6 bulan sekali. Hasil pemeriksaan dari BTKL menunjukan bahwa kualitasnya masih dibawah ambang batas. Namun begitu kita tidak boleh lengah karena dimungkinkan pada tahun – tahun mendatang akan terjadi pencemaran pestisida mengingat sifat pestisida yang komulatif.
Limbah padat di Merapi Golf berupa sisa plastik dan botol DDT, sisa pemangkasan rumput, ranting kayu dan sisa pengolahan makanan dan minuman dari dapur tempat peristirahatan. Untuk mengatasi sampah tersebut, pengelola melengkapi sarana pengelolaan sampah sebelum sampah dibakar. Sedangkan potongan rumput dipergunakan lagi sebagai bahan pupuk untuk tanaman perdu yang ada disekitar lapangan. Untuk sampah bekas DDT dilakukan penimbunan, dimana didalam lubang diberi lapisan kapur setebal  ± 3 cm, dan baru ditutup.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.4 Kesimpulan

Dari hasil kuliah lapangan B3 di Lapangan Merapi Golf, Cangkringan, Sleman tentang pengelolaan lingkungan Merapi Golf didapatkan kesimpulan :
1.    Pengelolaan lingkungan terutama yang berhubungan dengan pestisida dan B3 di Merapi Golf dinilai sudah baik. Di karenakan dengan pengolahan pada uji laboratorium terhadap kualitas air yang menggunakan standar baku mutu yang tidak melewati ambang batas yang aman jika di buang kelingkungan  dikawasan merapi golf sudah memenuhi syarat yang di tentukan oleh perundang-undangan.
2.    Perawatan rumput yang dilakuan sudah cukup baik dengan melakukan aerater dan pemotongan setiap hari, dan pemupukan. Tujuanya untuk kelembabannya karena jika kelembabannya melebihi 80% rumput tersebut akan stres yang mengakibatkan tumbuhnya banyak cendawan. Pemupukan diberi karena sangat berguna dalam menjaga kesuburan rumput di merapi golf.
3.    Pengelolaan dan pengolahan mulai dari mencegah pencemaran terhadap air tanah, kualitas udara dan pembuangan limbah cair juga dilakukan pengecekan dan pemantauan setiap 6 bulan sekali.
4.    Tingkat kepedulian untuk mensejahterakan masyarakat di sekitar kawasan Merapi yang cukup tinggi, terlihat dengan banyaknya pegawai yang sebagian besar berasal dari daerah sekitar.


1.5         Saran

Saran yang dapat diberikan penulis setelah melakukan kunjungan dan pengamatan di Merapi Golf adalah:
1.    Agar tetap melakukan perawatan dalam pemeliharaan rumput dan tanaman untuk menghindari terjadinya ancaman jamur saat terjadi pergantian cuaca  dan permasalahan lain yang dapat menggangu lingkungan sekitar dan aktifitas para pemain golf.

2.    Sebaiknya sampel untuk pemantauan pestisida tidak hanya dilakukan pada air saja tetapi juga pada udara, biota air dan tumbuhan yang terdapat di Merapi Golf.

3.    Dalam penggunaan pestisida harus lebih diperhatikan lagi  bagaimana penggunaan pestisida akan berkurang dan lebih selektif dan didukung oleh adanya tenologi alternatif baru yang lebih efektif dalam mengatasi dan mengurangi gangguan dari organisme pengganggu ini.



DAFTAR PUSTAKA

Ir.Wayan Wibawa, Narasumber Langsung tentang merapi Golf, Tanggal 8 JANUARI 2016, Pukul 09.00 Wib.

Drs. SADONO MULYO, B.Sc.M.Kes.Epid, Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Seri I, Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan “YLH”, Yogyakarta.
Prasmoyo, Rionaldi A. 2012. Laporan Praktikum Kunjungan Lapangan di Merapi Golf. Diunduh dari http://dokumen.tips/documents/laporan-praktikum-kumnjungan-lapangan-di-merapi-golf-55c2a54209f35.html
Diakses pada Selasa, 19 Januari 2016.

Envireonmental Toxicology,Toxicity of Pesticides, Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan “YLH”, Yogyakarta.
LAMPIRAN








 
;
menu autocaristes pas cher | free wordpress themes download | WordPress tutoriels