BAB
I
1.1 Latar
Belakang
Lapangan golf adalah sebuah media bermain olahraga cabang golf, Golf
adalah salah satu dari permainan yang tidak memiliki lapangan permainan yang
standar, melainkan dimainkan di padang golf yang
masing-masing memiliki desain unik, maka dari itu lapangan golf disetiap tempat selalu berbeda
ukuran, topgrafi serta lingkungan sekitar pun berbeda. Dan bisa dikatakan bahwa
padang golf merupakan tempat olahraga paling indah dan paling sejuk, karena
alam terbuka di desain khusus menjadi sebuah arena golf. Pada zaman ini banyak masyarakat yang melakukan aktivitas yang
berhubungan dengan kesehatan tubuh hal ini
tentu tidak terlepas dari berbagai macam bentuk olahraga yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan tersebut. Keberadaan suatu tempat olahraga yang memenuhi syarat mutu dan
kualitas yang baik juga akan mempengaruhi keadaan perekonomian daerah tersebut.
Salah satu yang dimaksud adalah tempat olahraga yang dapat membuat suatu daerah
menjadi terkenal yaitu Merapi Golf.
Merapi Golf merupakan
institusi pelayanan olah raga golf bagi masyarakat umum, khususnya bagi
kalangan menengah keatas. Merapi golf di bangun pada tahun 1994 oleh seorang
pengusaha yang bernama Yuwono Kolopaking, dan di rancang oleh Peter thomson dan
Wolfrit, serta menghabiskan dana sekitar 75 M, mulai dibuka pada tahun 1996
sampai dengan sekarang, lokasinya berada dibawah kaki gunung merapi dengan luas
tanah keseluruhan sekitar 67 hektar dan semuanya milik desa yang disewa oleh
PT. Merapi Golf. Dari 67 Ha tanah tersebut terdiri dari 34 Ha lapangan
rumput, 2,5 Ha untuk perawatan tanaman, 23,5 Ha untuk bangunan managerial ( Land staping ).
Merapi Golf
diprakasai dari Keraton Jogja karena pada saat itu investor menuju ke Keraton
meminta saran agar bisa dibuatkan suatu usaha yang bisa menampung lapangan
kerja yang cukup banyak. Saat masih konstruksi PT. Merapi Golf memakai tenaga
kerja sampai 700 orang dan sampai sekarang tenaga kerja yang dipergunakan masih
sekitar 500 orang, sudah cukup banyak untuk lingkungan desa.
Pengelolaan
rumput dilapangan golf ini tidak lepas dengan penggunaan pestisida untuk
mengatasi hama pada rumput-rumputnya. Pestisida atau bahan kimia pembasmi
serangga kini digunakan secara luas oleh masyarakat petani.
Pestisida, selain merupakan alat pembasmi serangga, juga merupakan racun yang
dapat membahayakan kesehatan manusia. Karena itu perlu ditangani dengan baik
dan hati-hati. Pestisida yang biasa kita dapat di pasar adalah dalam bentuk
cair, tepung atau butiran. Ketiganya sama berbahayanya bagi kesehatan.
Pestisida dapat masuk kedalam tubuh melalui kulit, pernapasan, mulut, dan mata.
Salah satu
dampak negatif yang dapat ditimbulkan akibat adanya kegiatan di Merapi Golf
adalah limbah dari pestisida yang digunakan untuk perawatan rumput yang ada,
begitu juga dengan limbah-limbah lain yang berbentuk gas dan padat. Oleh karena
itu, kami melakukan kunjungan lapangan ke Merapi Golf Kepuharjo-Cangkringan Kabupaten Sleman,
Yogyakarta pada hari Jumat, tanggal 08 Januari 2016, Pukul 09.00 wib oleh Mahasiswa Institut Teknologi
Yogyakarta untuk melihat langsung kondisi lingkungan di sana serta
mengetahui secara langsung bagaiaman pengelolaan lingkungan di sana.
1.2
Rumusan Masalah
a) Bagaimana Pengelolaan lingkungan di lapangan Merapi Golf.
b) Apakah pengaruh pestisida dan bahan kimia lainnya yang digunakan dalam pengelolaan Lapangan Merapi Golf.
c) Bagaimana proses yang ditempuh untuk mengelolah buangan
pestisida pada Lapangan Merapi Golf.
1.3 Maksud
dan Tujuan
a) Untuk
Mengetahui pengelolaan lingkungan di lapangan Merapi Golf.
b) Untuk
mengetahui pengaruh pestisida dan bahan kimia lainnya yang digunakan dalam
pengelolaan Lapangan Merapi Golf.
c) Untuk
mengetahui proses yang ditempuh
untuk mengelola buangan pestisida pada Lapangan Merapi Golf.
d)
Tujuan dari penulisan laporan praktikun ini adalah untuk memenuhi
syarat tugas mata kuliah Limbah B3 serta sebagai media informasi bagi pembaca.
1.4 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan di Lapangan Golf Merapi Golf Kecamatan Cangkirangan Kabupaten Sleman Yogyakarta pada tanggal 8 Januari 2016.
1.5 Teknik dan Instrument Pengumpulan Data
Data primer
Data primer yang akan di kumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang di peroleh secara langsung melalu pengamatan, wawancara dan Tanya jawab dengan bapak I Wayan Ribawa (Suprenter Merapi Golf).
Praktikum ini dilakukan di Lapangan Golf Merapi Golf Kecamatan Cangkirangan Kabupaten Sleman Yogyakarta pada tanggal 8 Januari 2016.
1.5 Teknik dan Instrument Pengumpulan Data
Data primer
Data primer yang akan di kumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang di peroleh secara langsung melalu pengamatan, wawancara dan Tanya jawab dengan bapak I Wayan Ribawa (Suprenter Merapi Golf).
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pestisida
Pestisida
berasal dari kata pest yang berarti hama dan cide yang berarti pembasmi.
Pestisida adalah bahan kimia yang digunaka untuk, membasmi, membunuh, mencegah,
atau mengendalikan organisme pengganggu termasuk organisme penyebar penyakit
dengan tujuan meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan manusia. Sasaran
pestisida bermacam-macam, seperti serangga, tikus,
gulma, burung, mamalia, ikan atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Dalam
bahasa sehari-hari pestisida disebut sebagai “racun” akan tetapi tidak
selamanya beracun. Dari sasaran penggunaannya, pestisida dapat berupa :
Insektisida adalah
bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga.
Insektisida dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku,
perkembangbiakan, kesehatan, sistem horom, sistem pencernaan,
serta aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga
pengganggu tanaman. Insektisida termasuk salah satu jenis pestisida.
2.2 Manfaat
dan Dampak Pestisida
2.2.1 Manfaat
Pestisida
Penggunaan ini juga didorong beberapa kelebihan pestisida
dibandingkan dengan cara pengendalian hama/penyakit lainnya, kelebihan ini
diantaranya adalah sebagai berikut :
a.
Mudah
didapat dan penggunaannya ekonomis
Pestisida mudah sekali didapat terutama di toko-toko
pertanian banyak sekali menjual pestisida sehingga mempermudah untuk
menjangkaunya. Selain itu penggunaan pestisida secara ekonomis masih
menguntungkan dibandingkan dengan metode lain.
b. Dapat diaplikasikan dengan mudah
Pestisida dapat dengan mudah diaplikasikan menggunakan
peralatan yang relatif sederhana.
c. Dapat diaplikasikan pada setiap waktu dan tempat dan
hasil dapat dilihat dalam waktu yang relatif singkat.
Pestisida dapat diterapkan pada setiap waktu (pagi,
siang, sore ataupun malam) tergantung
situasi dan keadaan di sekitar tempat yang akan dilakukan penyemprotan karena
tidak ada yang mengatur tersebut terkecuali masalah dosis pemakaian sehingga
mempermudah aplikasi dilarang serta waktu yang digunakan juga relatif singkat
sehingga dapat terlihat hasilnya. Keberhasilannya tergantung pada efektivitas
penggunaannya baik dosis dan kondisinya.
d.
Efektivitas penggunaan persatuan
Penggunaan pestisida dapat dengan cepat meskipun pada
areal yang cukup luas, dengan menggunakan alat mitdblower, power sprayer atau
juga dengan pesawat terbang sekalipun.
2.2.2 Dampak Negatif pestisida
Dampak
negatif yang mungkin ditimbulkan dari
penggunaan pestisida kimia antara lain:
1. Pencemaran lingkungan
2. Keracunan tingkat akut
3. Hama
menjadi kebal (resisten)
4. Peledakan
hama baru (resurjensi)
5. Penumpukan
residu bahan kimia di dalam hasil panen
6. Terbunuhnya
musuh alami
7. Kecelakaan
bagi pengguna
2.2.3 Komposisi Penggunaan Pestisida
Komposisi pestisida antara lain
terdiri dari :
a. Cairan emulsi terdiri dari bahan aktif, pelarut serta
bahan perata
b. Butiran terdiri dari
aktif, bahan pembawa terdiri dari talek dan kuarsa serta bahan perekat
c. Debu dari bahan aktif dan zat pembawa seperti talek
d. Tepung (powder)
terdiri dari bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah liat atau talek
e. Oli
f. Fumigasi
(fumigant)
Penggunaan pestisida merupakan salah
satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama
walaupun jenis obatnya manjur, akan tetapi jika penggunaannya tidak benar maka
akan sia-sia. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan pestisida diantaranya :
a. Keadaan angin yang tenang dan stabil akan mengurangi
pelayangan partikel pestisida di udara.
b. Suhu udara, apabila suhu dibagian bawah lebih panas akan
bergerak naik keatas.
c. Kelembaban akan mempermudah terjadinya hidrolisis
partikel.
2.3 Pengelolaan Limbah
Untuk menanggulangi bahaya yang ditimbulkan dari pembuangan limbah,
khususnya limbah pestisida, maka harus dibangun fasilitas pengolahan limbah. Tujuan
dari dibangunnya sarana pengolahan limbah ini antara lain untuk menghindari terjadinya
pencemaran lingkungan, mengurangi beban pengotoran terhadap badan air, agar
tidak memperberat pencemaran. Bahkan apabila mungkin dapat digunakan kembali sebagai
air baku, air minum atau irigasi. Aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan
limbah cair adalah :
1. Sumber air limbah (
lokasi, jenis kegiatan, debit )
2. Komposisi dan karakteristik
limbah.
3.
Kegiatan pelayanan dan pemeliharaan terutama mengenai bahan yang digunakan atau
dibuang.
4.
Sistim perpipaan, saringan penerima, saluran pengaliran dan sentral pengolahan.
5. Sarana pendukung
6. Sistim pengolahan
7. Pemeliharaan
Berdasarkan
sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Primary
sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi
pada pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organic yang stabil dan mudah menguap.
2. Chemical
sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses
koagulasi dan flokulasi.
3. Excess
activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari
proses pengolahan dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan
organic berupa lumpur dari hasil proses tersebut.
4. Digested
sludge,
yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic
maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung
padatan organik.
Limbah
B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter yaitu total
solids residue (TSR),
kandungan fixed residue (FR), kandungan volatile
solids (VR), kadar
air (sludge moisture content),
volume padatan, serta karakter atau sifat B3 (toksisitas, sifatkorosif, sifat mudah
terbakar, sifat mudah meledak, beracun, sertasifat kimia dan kandungan senyawa kimia).
Contoh
limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn
serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya. Cd
dihasilkan dari lumpur dan limbah industry kimia tertentu sedangkan Hg
dihasilkan dari industry klor-alkali, industri cat, kegiatan pertambangan, industry
kertas, serta pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah hitam
dan accu. Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi
rendah.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
Kunjungan lapangan di merapi golf telah
dilaksanakan pada tanggal 08 Januari 2016. Dalam kunjungan lapangan di Merapi
golf di Kec. Cangkringan Kab. Sleman Yogyakarta, perawatan rumput di Merapi
Golf membutuhkan pestisida, yang kalau penggunaannya tidak sesuai dengan aturan
akan menimbulkan dapak negatif terhadap lingkungannya. Merapi Golf yang
terdiri dari 34 Ha lapangan rumput terbagi menjadi 18 hole dengan posisi
ketinggian 800 dari permukaan laut sehingga cukup tinggi, cukup segar udara,
bebas dari polusi dan tidak terlalu bising. Dari 18 hole masing-masing hole
terdiri dari hold green ( tempat
jatuhnya bola ), PRW ( lahan jatuhnya bola) dan tiebold. Perawatan rumput ini dilakuan dengan melakukan aerater dan
pemotongan setiap hari dan pemupukan dua minggu sekali. Rumput ini di jaga
sekali dari kelembaban karena jika kelembabannya melebihi 80% rumput tersebut
akan stres yang mengakibatkan tumbuhnya banyak cendawan. Pestisida yang digunakan meliputi
fungisida dan insektisida. Penggunaan pestisida tidak tentu tergantung dari
kebutuhan, pada saat normal pestisida yang digunakan 2 cc/liter dan jika parah
3 cc/liter, dengan perbandingan 125 liter air = 300 gr pestisida dalam 1000 m².
dan hal ini dapat dibuktikan dari hasil wawancara dengan pengelola Merapi Golf
yang menyatakan bahwa hasil uji laboratorium terhadap kualitas air di Merapi Golf
yang menggunakan standar baku mutu air minum tidak melewati ambang batas dan
aman jika di buang kelingkungan.
3.1 Proses Pemeliharaan Rumput
Adapun jenis rumput yang dipakai :
1. Jenis rumput Bermuda,
dengan tipe 419 yang berasal dari Amerika Serikat
2. Jenis
rumput Ever Green (rumput halus)
Dengan permainan, dibagi menjadi 3 daerah hasil yang
ditanami jenis rumput yang berbeda yaitu :
1. Daerah
Green
Didaerah ini
dilakukan pemotongan rumput setiap hari
2. Daerah
Fairway
Didaerah ini dilakukan pemotongan rumput dua kali dalam
seminggu dengan panjang 3 cm.
3. Daerah
Teebox
Didaerah ini dilakukan pemotongan rumput 3 kali dalam
seminggu dengan panjang 5 cm.
3.2 Penggunaan Pestisida
Di
Merapi Golf, sebelum menggunakan pestisida hal yang harus diperhatikan adalah
bagaimana aerasinya, Ph, kelembaban dan tingkat stress dari injakannya. Ketika
semuannya masih baik tetapi terjadi kerusakan rumput oleh gulma dan jamur, atau
tumbuhnya lumut diarea permainan dan itu terjadi secara terus menerus 2-3 hari
maka dapat diaplikasikan dengan pestisida. Dengan tumbuhnya rumput maka dapat mengganggu permainan
para pegolf, karena permainan menjadi licin, dan dapat menghambat pertumbuhan
rumput. Namun daerah green, pestisida digunakan untuk mencegah timbulnya jamur
dan ulat. Pestisida yang digunakan adalah pestisida disemprot. Dari area 67 Ha,
hanya sebagian saja yang mendapat aplikasi pestisida yaitu 5 kg/2,3 Ha dengan
komposisi air 1,3 m3.
Dari penggunaan pestisida, maka dapat menimbulkan dampak,
baik dampak negatif maupun dampak positif.
a. Dampak
Positif
-
Matinya ulat pemakan rumput
-
Matinya jamur pemakan rumput
-
Matinya lumut yang
menghambat perumbuhan rumput dan mengganggu pemain golf
b. Dampak
Negatif
Bila digunakan secara berlebihan maka air tanah dan udara
dapat menjadi tercemar.
3.3 Penggunaan Pupuk
Jenis pupuk yang digunakanya itu Urea dan NPK. Daerah dan
Pearway hanya digunakan aplikasi pupuk urea dengan aplikasi 10 kg/Ha dan NPK 1
tahun dua kali. Di Merapi Golf tidak menggunakan pupuk organic yang biasa membawa
sampah, sehingga menyebabkan genangan dan mendatangkan nyamuk yang berpotensi besar
bagi vector penyakit.
Dampak positif dari penggunaan pupuk adalah menyuburkan dan
membantu pertumbuhan tanaman, sedangkan dampak negatif dari penggunaan pupuk adalah
dapat membuat tanah menjadi kurang subur serta dapat mencemari tanah dan air.
3.4 Pembuatan Drain/Perencanaan
Untuk membuang air limbah dibuat drainase pembuangan yang
menyerupai sirip ikan. Air dari draenase
disalurkan dengan menggunakan pipa ke solokan dan dialirkan ke kolam
penampungan (pengumpul). Dikolam ini dipelihara ikan sebagai indikator atau
tolak ukur apabila terjadi pencemaran.
3.5 Pengelolaan dan Pengolahan
1. Untuk mencegah agar tidak terjadi pencemaran terhadap air
tanah, maka setiap 6 bulan sekali sample yang berasal dari pengumpulan air
diambil sebagai sempel untuk dibawah ke BTKL untuk diperiksa di laboraturium.
2. Kualitas udara juga selalu dipantau setiap 6 bulan
sekali, agar tidak terjadi pencemaran udara oleh debu atau gas lain hasil
pembakaran bahan bakar fosil dari mesin juga dari asap hasil pembakaran sampah.
3. Untuk buangan dari dapur yang berupa limbah cair, maka
dibuatkan bak penampungan (pengendap). Limbah
ini juga dilakukan pengecekan setiap 6 bulan sekali.
4. Pengecekan
yang dilakukan setiap 6 bulan sekali berupa RPL dan RKL, merupakan persyaratan
yang harus dipenuhi. RPL dan RKL ditujukan untuk;
·
Kepala Daerah Propinsi DIY
·
Bupati Setempat
·
BAPELDALDA
·
Dinas Pariwisata,dan
·
Kecamatan setempat
BAB IV
PEMBAHASAN
Merapi Golf merupakan suatu bentuk
kegiatan usaha yang akan menghasilkan dampak bagi lingkungan sekitar, tidak
hanya alam sekitar tapi juga bagi lingkungan ekonomi, sosial dan budaya.
Melalui kajian yang yang telah dilakukan maka dari dampak itu dilakukan suatu
bentuk pengelolaan agar dapat memaksimalkan dampak positif serta meminimalkan
bahkan menghilangkan dampak negatif yang ada.
Dampak positif dari adanya Merapi Golf
bagi masyarakat adalah adanya lapangan pekerjaan bagi masayrakat sekitar. Dari
banyak caddy yang ada serta staf dari Merapi Golf berasal dari masyarakat
sekitar Merapi Golf. Hal ini tentu berdampak baik bagi pendapatan masyarakat
tersebut. Pengelolaan lingkungan di Merapi Golf merupakan pengelolaan yang
berbasis kepada lingkungan. Ada sebagian lahan yang disediakan khusus sebagai
lahan penghijauan dan lahan untuk satwa. Beberapa jenis pohon di tanam untuk
kepentingna lingkungan dan ada juga pohon yang di tanam untuk mengundang
kehadiran burung di sekitar lapangan Golf.
Dampak negatif adalah dampak yang tidak
dikehendaki, dari suatu kegiatan biasanya dampak negatif ini selalu ada. Dampak
negatif dari suatu lapangan golf bagi lingkungan biasanya berasal dari aliran
air dari rumput lapangan golf yang diberikan pestisida, karena akan berdampak
buruk bagi lingkungan perairan akibat kandungan kimia dari pestisida tersebut.
Selain itu, penggunaan air yang banyak juga dapat mengurangi jumlah kebutuhan
air bagi lingkungan lainnya. Namun pembangunan Merapi Golf ini telah melewati
izin AMDAL sehingga akan ada pengelolaan lingkungan untuk mengurangi atau
bahkan menghilangkan dampak begatif tersebut.
Merapi Golf yang terdiri dari 34 Ha
lapangan rumput terbagi menjadi 18 hole dan masing-masing hole terdiri dari hold green ( tempat jatuhnya bola ), PRW
( lahan jatuhnya bola) dan tiebold.
Perbedaan dari masing-masing bagian adalah jenis rumputnya, yang didatangkan
dari amerika yaitu bermuda 419, epper
green. Perawatan rumput ini dilakuan dengan melakukan aerater dan
pemotongan setiap hari, dan pemupukan. Rumput ini di jaga sekali dari
kelembaban karena jika kelembabannya melebihi 80% rumput tersebut akan stres
yang mengakibatkan tumbuhnya banyak cendawan. Pemberian pestisida di lakukan
pada pagi hari, dilakukan oleh petugas yang dibekali dengan alat pelindung diri
agar tidak terpapar bau berbahaya dari pestisida. Setelah diberi pestisida,
untuk menghilangkan bau menyengatnya, maka rumput yang di beri pestisida di
berikan air.
Di Merapi Golf juga
sering terjadi permasalahan yang dihadapi oleh para pekerjanya terutama dalam
pemeliharaan rumput dan tanaman. Beberapa
permasalahan dalam melakukan perawatan tersebut, antara lain :
1. Ancaman
jamur saat terjadi pergantian cuaca.
Untuk
mengatasinya dilakukan penyemprotan dengan bahan kimia yang dilakukan dengan
alat khusus, dimana diusahakan bahan kimia tidak ikut diterbangkan angin.
2. Pencemaran
Pestisida
Untuk
pemeliharaannya juga digunakan pestisida, sekitar
1,95 Ha atau 5 % saja dari total area rumput (39 Ha) yang mendapatkan aplikasi
pestisida dalam periode 6 bulan sekali, sedangkan pemupukan
biasanya digunakan pupuk organic. Dilakukan juga pengecekan air pada drainase
yang ada untuk mengetahui adanya pencemaran pestisida atau tidak.
3. Perawatan
Daerah Green
Daerah Green merupakan daerah yang digunakan untuk
memukul bola didalam bermain golf. Rumput yang digunakan adalah rumput khusus dan
di export dari luar negeri. Sehingga sudah sangat penting untuk melakukan
perawatan pada bagian yang terpenting dalam lapangan golf.
Sistem yang digunakan dalam membangun Merapi Golf adalah sistem
Cut dan Land fill, dengan bentuk berbukit-bukit dan sedikit dataran rata.
Sebelum ditanami rumput, di bawah dibangun sumur-sumur peresapan dengan kedalaman
5 meter dan diisi dengan batuan 50 % batuan koral dan 30 % pasir. Hal
tersebut diharapkan agar air hujan yang masukakan terserap dan lapangan tidak becek/banjir.
Di sekeliling lapangan juga dibangun saluran drainase yang bertujuan untuk menampung
air hujan dari permukaan tanah/rumput. Penggunaan pestisida untuk mengendalikan
hama rumput seperti orong-orong, gangsir, cacing, uret, serta tikus pada musim panas.
Pestisida yang digunakan meliputi fungisida dan insektisida. Penggunaan pestisida
tidak tentu tergantung dari kebutuhan, pada saat normal pestisida yang
digunakan 2 cc/liter dan jika parah 3 cc/liter, dengan perbandingan 125 liter
air = 300 gr pestisida dalam 1000 m². Pestisida hanya
digunakan pada saat ada penyakit yang menyerang, biasanya pada saat perubahan
musim.
Upaya penanggulangan limbah pestisida
di Merapi Golf, adalah air limbah yang meresap pada sumur resapan di tampung
dalam kolam, yang didalam kolam itu diberi ikan sebagai kontrol nilai
ambang batas, apabila tidak melebihi ambang batas yang di perbolehkan
ikan akan bertelur dan menetas, namun apabila melebihi ambang batas maka ikan
tidak berkembang biak dari dalam kolam tersebut. Untuk pemantauan kualitas
likungan, pihak pengelola bekerja sama dengan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
(BTKL) untuk memeriksa kualitas
udara, kualitas air di Merapi Golf dan pada sumur-sumur penduduk disekitar
daerah tersebut secara rutin 6 bulan sekali. Hasil pemeriksaan dari BTKL
menunjukan bahwa kualitasnya masih dibawah ambang batas. Namun begitu kita
tidak boleh lengah karena dimungkinkan pada tahun – tahun mendatang akan
terjadi pencemaran pestisida mengingat sifat pestisida yang komulatif.
Limbah padat di Merapi Golf berupa sisa
plastik dan botol DDT, sisa pemangkasan rumput, ranting kayu dan sisa
pengolahan makanan dan minuman dari dapur tempat peristirahatan. Untuk
mengatasi sampah tersebut, pengelola melengkapi sarana pengelolaan sampah
sebelum sampah dibakar. Sedangkan potongan rumput dipergunakan lagi sebagai
bahan pupuk untuk tanaman perdu yang ada disekitar lapangan. Untuk sampah bekas
DDT dilakukan penimbunan, dimana didalam lubang diberi lapisan kapur setebal
± 3 cm, dan baru ditutup.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
1.4 Kesimpulan
Dari hasil kuliah lapangan B3 di Lapangan
Merapi Golf, Cangkringan, Sleman tentang pengelolaan lingkungan Merapi Golf
didapatkan kesimpulan :
1. Pengelolaan lingkungan terutama yang
berhubungan dengan pestisida dan B3 di Merapi Golf dinilai sudah baik. Di
karenakan dengan pengolahan pada uji laboratorium terhadap kualitas air yang
menggunakan standar baku mutu yang tidak melewati ambang batas yang aman jika
di buang kelingkungan dikawasan merapi
golf sudah memenuhi syarat yang di tentukan oleh perundang-undangan.
2. Perawatan
rumput yang dilakuan sudah cukup baik dengan melakukan aerater dan pemotongan
setiap hari, dan pemupukan. Tujuanya untuk kelembabannya karena jika
kelembabannya melebihi 80% rumput tersebut akan stres yang mengakibatkan
tumbuhnya banyak cendawan. Pemupukan diberi karena sangat berguna dalam menjaga kesuburan rumput di
merapi golf.
3. Pengelolaan
dan pengolahan mulai dari mencegah pencemaran
terhadap air tanah, kualitas udara dan pembuangan limbah cair juga dilakukan
pengecekan dan pemantauan setiap 6 bulan sekali.
4. Tingkat kepedulian untuk mensejahterakan masyarakat di
sekitar kawasan Merapi yang cukup tinggi, terlihat dengan banyaknya pegawai
yang sebagian besar berasal dari daerah sekitar.
1.5
Saran
Saran yang dapat diberikan penulis setelah melakukan kunjungan
dan pengamatan di Merapi Golf adalah:
1. Agar tetap melakukan perawatan dalam pemeliharaan rumput dan tanaman untuk menghindari terjadinya ancaman
jamur saat terjadi pergantian cuaca dan permasalahan
lain yang dapat menggangu lingkungan sekitar dan aktifitas para pemain golf.
2. Sebaiknya sampel untuk pemantauan pestisida
tidak hanya dilakukan pada air saja tetapi juga pada udara, biota air dan tumbuhan
yang terdapat di Merapi Golf.
3. Dalam penggunaan pestisida harus
lebih diperhatikan lagi bagaimana penggunaan
pestisida akan berkurang dan lebih selektif dan didukung oleh adanya tenologi
alternatif baru yang lebih efektif dalam mengatasi dan mengurangi gangguan dari
organisme pengganggu ini.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. SADONO MULYO,
B.Sc.M.Kes.Epid, Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Seri I, Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan “YLH”, Yogyakarta.
Prasmoyo, Rionaldi A.
2012. Laporan Praktikum Kunjungan Lapangan di Merapi Golf. Diunduh dari http://dokumen.tips/documents/laporan-praktikum-kumnjungan-lapangan-di-merapi-golf-55c2a54209f35.html
Diakses pada Selasa, 19
Januari 2016.
Envireonmental Toxicology,Toxicity of Pesticides, Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan “YLH”, Yogyakarta.