Sunday, 31 January 2016 3 komentar

Makalah Toksikologi Lingkungan "Timbal (Pb)"



TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN
“TIMBAL (Pb)”
Dosen Pembimbing : Warniningsih, ST., M.Kes







 DI SUSUN OLEH :


Kelas SARMAG  Angkatan 2014



PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA
(STTL ‘YLH’ YOGYAKARTA)
YOGYAKARTA
2015





BAB I

PENDAHULUAN


1.1.  Latar Belakang
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Kualitas dari udara yang telah berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara yang sudah tercemar sehingga tidak dapat menyangga kehidupan. Udara merupakan komponen kehidupan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Tanpa makan dan minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.
Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup , zat, energi dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan, atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini tentu tergantung pada keadaan geografi dan metereologi setempat. Sebagian besar pencemar udara (sekitar 75%) berasal gas buangan hasil pembakaran bahan bakar fosil. Sumber polusi yang utama berasal dari kendaraan bermotor. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah dan lain-lain.
Sumber pencemaran timbal (Pb) terbesar berasal dari pembakaran bensin, dimana dihasilkan berbagai komponen timbal (Pb), Timbal (Pb) dicampurkan ke dalam bensin sebagai anti letup atau anti knock aditif dengan kadar sekitar 2,4 gram/gallon. Timbal (Pb) yang digunakan untuk anti knock adalah tetraethyl timbal (C2H5)4. Fungsi penambahan timbal (Pb) adalah dimaksudkan untuk meningkatkan bilangan oktana. Timbal (Pb) adalah bahan yang dapat meracuni lingkungan dan mempunyai dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh. Timbal (Pb) dapat masuk ke tubuh melalui inhalasi, makanan dan minuman serta absorbsi melalui kulit, dan juga keperairan.
Menurut Environment Project Agency, sekitar 25% Pb tetap berada dalam mesin dan 75% lainnya akan mencemari udara sebagai asap knalpot. Emisi Pb dari gas buangan tetap akan menimbulkan pencemaran udara dimanapun kendaraan itu berada, tahapannya adalah sebagai berikut: sebanyak 10% akan mencemari lokasi dalam radius kurang dari 100 m, 5% akan mencemari lokasi dalam radius 20 Km, dan 35% lainnya terbawa atmosfer dalam jarak yang cukup jauh.
Logam Timbal (Pb) sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan dan kemudian ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh.
Tidak semua Pb yang terhisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya.

1.2.  Rumusan Masalah
1).      Apa pengaruh Pb di lingkungan sekitar ?
2).      Bagaimana efek Pb terhadap kesehatan manusia ?
3).      Bagaimana penyebaran, sifat, dan penggunaan Pb dalam kehidupan manusia ?

1.3.  Tujuan Penulisan
1).      Untuk mengetahui pengaruh Pb di lingkungan sekitar.
2).      Untuk mengetahui efek Pb terhadap kesehatan manusia.
3).      Untuk mengetahui penyebaran, sifat, dan penggunaan Pb dalam kehidupan manusia.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA
           

            Logam merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam dapat ditemukan dan menetap di alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh fisika kimia, biologis atau akibat aktivitas manusia. Toksisitasnya dapat berubah drastis apabila bentuk kimianya berubah. Umumnya logam bermanfaat bagi manusia karena pengggunaannya di bidang industri, pertanian atau kedokteran. Sebagian merupakan unsur penting karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimia atau faali. Dilain pihak, logam dapat berbahaya bagi kesehatan bila terdapat dalam makanan, air atau udara (Darmono,2001).
Logam-logam tertentu sangat berbahaya apabila ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi dalam lingkungan, karena logam tersebut mempunyai sifat yang merusak jaringan tubuh mahluk hidup, diantaranya logam Pb (timbal).
Pencemaran udara yang ditimbulkan oleh asap buangan pabrik dan pencemaran air permukaan yang disebabkan limbah cair dari pabrik, begitu juga pencemaran air tanah akan menimbulkan dampak negatif bagi penduduk di sekitarnya. Pencemaran tersebut akan terbukti dengan analisis limbah pabrik tersebut dan dapat diamati dari kondisi gejala yang terjadi pada penduduk sekitarnya (Darmono, 2008).
Di negara Indonesia sumber pencemar pada saat ini masih terus diteliti. Dari data sumber pencemar air di Amerika Serikat tahun 1968 sumber pencemar dari transportasi berjumlah 90,5 ton/tahun. Dengan jumlah tersebut dapat diperkirakan sumber pencemar di Indonesia didominasi dari transportasi (Wardana, 2004).
Logam Pb atau timbal sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan, dan kemudian ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang mempengarui sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalanya tetra ethil Pb segera dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik di absorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh (bplhdjabar.go.id, 2009).
Selain mengakibatkan pencemaran udara efek Pb dapat menyerang ibu hamil. Menurut Pusat Pengendalian Penyakit AS, sistem syaraf janin yang perkembang rentan pada racun timbal. Racun syaraf diamati pada anak dari wanita yang terpapar karena kemampuan timbal melintas halangan plasenta dan menyebabkan cacat syaraf janin. Masalah khusus wanita hamil adalah penumpukan timbal di tulang di lepaskan ke darah saat hamil. Beberapa studi memberi bukti ibu hamil yang terkena paparan timbal walaupun sedikit dapat mengakibatkan gangguan intelektual dan perubahan perilaku pada anak (Educationmade.blogspot.com, 2011).


BAB III

PEMBAHASAN


3.1.   Pengertian Timbal (Pb)
Timbal adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Pb dan nomor atom 82. Lambangnya diambil dari bahasa Latin Plumbum.  Logam ini termasuk dalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada table periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot (BA) 207,2.
Timbal adalah logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami. Timbal dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam. Timbal terakumulasi di lingkungan, tidak dapat terurai secara biologis dan toksisitasnya tidak berubah sepanjang waktu. Timbal bersifat toksik jika terhirup atau tertelan oleh manusia dan di dalam tubuh akan beredar mengikuti aliran darah, diserap kembali di dalam ginjal dan otak, dan disimpan di dalam tulang dan gigi. 

3.2.   Sifat Timbal (Pb)
Logam timbal atau Pb mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti berikut :
1.      Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2.      Meruakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.
3.      Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,5 °C.
4.      Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam bisa, kecuali emas dan merkuri.
5.      Merupakan penghantar listrik yang tidak baik.
Timbal dan persenyawaannya banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dalam industri baterai, timbal digunakan sebagai grid yang meruapakan alloy (suatu persenyawaan) dengan logam bismut (Pb-Bi) dengan perbandingan 93:7. Timbal oksida (PbO4) dan logam timbal dalam industri baterai digunakan sebagai bahan yang aktif dalam pengaliran arus elektron. Kemampuan timbal dalam membentuk alloy dengan banyak logam lain telah dimanfaatkan untk meningkatkan sifat metalurgi dari logam ini dalam penerapan yang sangat luas.
Kemampuan Pb untuk berikatan dengan atom N (nitrogen) untuk membentuk senyawa azida. Senyawa ini merupakan suatu jenis senyawa mempunyai kemapuan ledakan dengan pencaran energi yang besar. Karena itu, senyawa azida banyak digunakan sebagai denator (bahan peledak).Bentuk-bentuk dari persenyawaan yang dibentuk oleh Pb dengan unsur kimia lainnya, serta fungsi dari bentuk persenyawaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1Bentuk Persenyawaan Pb dan Kegunaannya
Bentuk Persenyawaan
Kegunaan
Pb + Sb
Kabel telepon
Pb + As + Sn +Bi
Kabel listrik
Pb + Ni
Senyawa azida untuk bahan peledak
Pb + Cr + Mo+ Cl
Untuk pewarnaan pada cat
Pb – asetat
Pengkilapan keramik & Bahan anti api
Pb + Te
Pembangkit listrik tenaga panas
Tetrametil – Pb & Tetraetil – Pb
Aditive untuk bahan bakar kendaraan bermotor


Senyawa tetrametil-Pb dan tertraetil-Pb dapat diserap oleh kulit. Hal ini disebabkan kedua senyawa tersebut dapat larut dalam minyak dan lemak. Sedangkan dalam lapisan udara tetraetil-Pb akan teruarai dengan cepat karena adanya sinar matahari. Tetraetil-Pb akan teruarai membentuk trietil-Pb, dietil-Pb dan monoetil-Pb. Semua senyawa uraian dari tetraetil-Pb tersebut memiliki bau yang spesifik sepert bau bawang putih, sulit larut dalam minyak akan tetapi semua senyawa turunan ini dapat larut dengan baik dalam air. Senyawa-senyawa Pb dalam keadaan kering dapat terdispersi  di dalam udara, sehingga kemudian terhirup pada saat bernapas, dan sebagian akan menumpuk di kulit dan atau terserap oleh daun tumbuhan.
Sumber-sumber lain yang menyebabkan Pb dapat masuk ke udara ada bermacam-macam. Di antara sumber alternatif ini yang tergolon besar adalah pembakaran batu bara, asap dari pabrik-pabrik yang mengolah senyawa alkil-Pb, Pb-oksida, peleburan bijih Pn dan transfer bahan bakar kendaraan bermotor, karena senyawa alkil-Pb yang terdapat dalam bahan bakar tersebut dengan sangat mudah menguap.


3.3.   Timbal di Lingkungan Sekitar

3.3.1.      Timbal (Pb) di Udara
Jumlah Pb di udara mengalami peningkatan sangat drastis sejak dimulainya revolusi industri di Benua Eropa. Asap yang berasal dari cerobong pabrik sampai knalpot kendaraan telah melepas Pb ke udara. Arus angin menerbangkan debu – debu dan partikulat – partikulat yang mengandung Pb ke daerah kutub. Debu dan partikulat tersebut menumpak pada lapisan atmosfer di kutub, dan dibawa turun oleh salju untuk selanjutnya membentuk lapisan es.
Emisi Pb pada lapisan atmosfir bumi dapat berbentuk gas dan partikulat. Emisi Pb dalam bentuk gas, berasal dari gas kendaraan bermotor. Emisi tersebut merupakan hasil samping dari pembakaran yang terjadi dalam mesin kendaraan. Pb yang merupakan hasil samping dari pembakaran  berasal dari senyawa tetrametil – Pb dan tetraetil – Pb yang selalu ditambahkan dalam bahan bakar kendaraan bermotor dan berfungsi sebagai anti ketuk ( anti-knock ) pada mesin – mesin kendaraan.
Selain itu, dalam bahan bakar kendaraan bermotor biasanya ditambahkan pula bahan scavenger, yaitu etilendibromida ( C2H4Br2 ) dan etilendikhlorida ( C2H4C12 ). Senyawa ini dapat mengikat residu Pb yang dihasilkan setelah pembakaran, sehingga di dalam gas buangan terdapat senyawa Pb dengan halogen.
Kandungan senyawa Pb dalam berbagai ikatan yang ada dalam asap kendaraan bermotor dapat dilihat dalam tabel 1.2 berikut :
Tabel 1.2Kandungan Senyawa Pb Dalam Gas Buangan
Kendaraan Bermotor
Senyawa Pb (%)
0 jam
18 jam
PbBrCl
32,0
12,0
PbBrCl. 2PbO
31,4
1,6
PbCl2
10,7
8,3
Pb(OH)Cl
7,7
7,2
PbBr2
5,5
0,5
PbCl2. 2PbO
5,2
5,6
Pb(OH)Br
2,2
0,1
PbOx
2,2
21,2
PbCO3
1,2
13,8
PbBr2. 2PbO
1,1
0,1
PbCO3. 2PbO
1,0
29,6


Senyawa tetrametil-Pb dan tetraaetil-Pb dapat diserap oleh kulit. Hal ini disebabkan kedua senyawa tersebut dapat larut dalam minyak dan lemak. Sedangkan dalam lapisan udara tetraetil-Pb terurai dengan cepat karena adanya sinar matahari. Tetraetil-Pb akan terurai membentuk trietil-Pb, dietil-Pb dan monoetil-Pb. Semua senyawa uraian dari putih, sulit larut dalam minyak akan tetapi semua senyawa turunan ini dapat larut degnan baik dalam air. Senyawa-senyawa Pb dalam keadaan kering dapat terdispersi di dalam udara, sehingga kemudian terhirup pada saat bernafas, dan sebagian akan menumpuk di dalam kulit dan atau terserap oleh daun tumbuhan.
Sumber-sumber lain yang menyebabkan Pb dapat masuk ke  udara ada bermacam-macam. Di antara sumber alternaif ini yang tergolong besar adalah pembakaran batu bara, asap dari pabrik-pabrik yang mengolah senyawa alkil-Pb, Pb-oksida, peleburan bijih Pn dan transfer bahan bakar kendaraan bermotor, karena senyawa alkil-Pb yang terdapat dalam bahan bakar tersebut dengan sangat mudah menguap.


3.3.2.      Timbal (Pb) di Air dan Makanan
Secara alamiah, Pb dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Di samping itu, proses korosifikasi dari bantuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin, juga merupakan salah satu jalur sumber Pb yang akan masuk ke dalam badan perairan. Pb yang masuk ke dalam badan perairan sebagai dampak dari aktivitas kehidupan manusia ada bermacam bentuk. Di antaranya adalah air buangan (limbah) dari industri yang berkaitan dengan Pb, air buangan dari pertambangan bijih timah hitam dan buangan sisa industri baterai.
Selain kontaminasi Pb pada minuman, juga ditemukan kontaminasi Pb pada makanan olahan atau makanan kaleng. Makanan yang telah diasamkan dapat melarutkan Pb dari wadah atau alat-alat pengolahannya. Proses masuknya Pb ke dalam tubuh dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui makana dan minuman, udara, air dan perembesan atau penetrasi pada selaput atau lapisan kulit.
Senyawa-senyawa Pb organik relatif lebih mudah untuk diserap tubuh melalui selaput lendir atau melalui lapisan kulit, bila dibandingkan dengan senyawa-senyawa Pb an-organik. Senyawa Pb organik umumnya masuk ke dalam tubuh melalui jalur pernafasan dan atau penetrasi melewati kulit. Penyerapan lewat kulit ini dapat terjadi disebabkan karena senyawa ini dapat larut dalam minyak dan lemak.

3.4.   Keracunan oleh Logam Pb
Selain dalam bentuk logam murni, timbal ditemukan dalam bentuk senyawa organik dan anorganik. Semua bentuk Pb berpengaruh terhadap toksisitas pada manusia. Pengaruh toksisitas akut jarang di jumpai, tetapi pengaruh toksititas kronis paling sering ditemukan. Pengaruh toksisitas kronis sering dijumpai pada pekerja di pertambangan dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil ( proses pengecatan ), penyimpanan baterai, percetakan, pelapisan logam, dan pengecatan sistem semprot.

1).      Mekanisme toksisitas Pb
Timbal adalah logam toksik bersifat kumulatif sehingga mekanisme toksisitasnya dibedakan menurut beberapa organ yang dipengaruhinya yaitu sebagai berikut.
a).       Sistem hemopiotik
Pb mengahambat sistem pembentukan hemoglobin sehingga menyebabkan anemia.
b).      Sistem syaraf pusat dan tepi
Menyebabkan gangguan ensefalopati dan gejala gangguan syaraf perifer.
c).       Sistem reproduksi
Menyebabkan kematian janin waktu melahirkan pada wanita serta hipospermi dan  teratospermia pada pria.
d).      Sistem kardiovaskuler
Menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler pembuluh darah.
e).       Sistem ginjal
Menyebabkan aminoasiduria, fosfaturia, glokusuria, nefropati, fibrosis, dan atrofi glomerular.
f).       Sistem endokrin
Mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal.
g).       Sistem gastro – intestinal
Menyebakan kolik dan konstipasi.

3.4.1.      Efek Pb pada Sintesa Hemoglobin
Sel-sel darah merah merupakan suatu bentuk kompleks khelat yang di bentuk oleh logam Fe (besi) dengan gugus haeme dan globin. Sintesa dari kompleks tersebut melibatkan 2 macam enzim, yaitu enzim ALAD (Amino Levukinic Acid Dehidrase) atau asam amino levulinat dehidrase dan enzim ferrokhelatase. Enzim ALAD adalah enzim jenis sitoplasma. Enzim ini akan beraksi secara aktif pada tahap awal sintesa dan selama sirkulasi sel darah merah berlangsung.
Keracunan yang terjadi sebagai akibat kontaminasi dari logam Pb dapat menimbulkan hal-hal sebagai berikut :
a).    Meningkatkan kadar ALA ( d-Amino Levulinic Acid ) dalam darah dan   urine.
b).    Meningkatkan kadar protoporphirin dalam sel darah merah.
c).    Memperpendek umur sel darah merah.
d).    Menurunkan jumlah sel darah merah.
e).    Menurunkan kadar retikulosit (sel-sel darah merah yang masih muda).
f).     Meningkatkan kandungan logam Fe dalam plasma darah.

3.4.2.      Efek Pb pada Sistem Syaraf
Di antara semua sistem pada organ tubuh, sistem syaraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya racun yang dibawa oleh logam Pb. Pb dapat menimbulkan kerusakan pada otak. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan otak, sebagai akibat dari keracunan Pb adalah epilepsi, halusinasi, kerusakan pada otak besar, dan delirium, yaitu sejenis penyakit gula.

3.4.3.      Efek Pb pada Sistem Reproduksi
Percobaan terhadap tikus putih jantan dan betina yang diberi perlakuan dengan 1 % Pb – asetat kedalam makanannya, menunjukkan hasil berkurangnya kemampuan sistem reproduksi dari hewan tersebut. Embrio yang dihasilkan dari perkawinan yang terjadi tikus jantan yang diberi perlakuan dengan tikus betina normal, mengalami hambatan dalam pertumbuhannya. Sedangkan janin pada betina yang diberi perlakuan mengalami pengukuran dalam ukuran, hambataan pada pertumbuhan dalam rahim induk dan setelah dilahirkan.

3.4.4.      Efek Pb terhadap Jantung
Organ lain yang dapat diserang oleh racun yang dibawa oleh logam Pb adalah jantung. Namun sejauh ini perubahan dalam otot jantung sebagai akibat dari keracunan Pb baru ditemukan pada anak-anak. Perubahan tersebut dapat dilihat dari ketidak normalan EKG. Tetapi setelah diberikan bahan khelat, EKG akan kembali normal.

3.4.5.      Efek Pb terhadap ginjal
Senyawa – senyawa Pb yang terlarut dalam darah akan dibawa oleh darah ke seluruh sistem tubuh. Pada peredarannya, darah akan terus masuk ke glomerulus yang merupakan bagian dari ginjal. Dalam glomerulus tersebut terjadi proses pemisahan akhir dari semua bahan yang dibawa darah, apakah masih berguna bagi tubuh atau harus dibuang karena sudah tidak diperlukan lagi.
Ikut sertanya senyawa Pb yang terlarut dalam darah ke sistem urinaria ( ginjal ) dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran ginjal. Kerusakan yang terjadi tersebut disebabkan terbentuknya intranuclear inclusion bodies yang disertai dengan membentuk aminociduria, yaitu terjadinya kelebihan asam amino dalam urine.
Aminociduria dapat kembali normal setelah selang waktu beberapa minggu, tetapi intranuclear inclusion bodies membutuhkan waktu bertahun – tahun untuk kembali normal.

3.4.6.      Efek Pb terhadap endokrin
Efek yang dapat ditimbulkan oleh keracunan Pb terhadap fungsi sistem endokrin mungkin merupakan yang paling sedikit yang pernah diteliti dibandingkan dengan sistem – sistem lain dari tubuh.
Pengukuran terhadap steroid dalam urine pada kondisi paparan Pb yang berbeda dapat digunakan untuk melihat hubungan penyerapan Pb oleh sistem endokrin. Dari pengamatan yang dilakukan dengan paparan Pb yang berbeda terjadi pengurangan pengeluaran steroid dan terus mengalami peningkatan dalam posisi minus. Kecepatan pengeluaran aldosteron juga mengalami penurunan selama pengurangan konsumsi garam pada orang yang keracunan Pb dari penyulingan alkohol. Endokrin lain yang diuji pada manusia adalah endokrin tiroid. Fungsi dari tiroid sebagai hormon akan mengalami tekanan bila manusia kekurangan I 131 ( yodium isotop 131 ).

3.4.7.      Efek Pb terhadap gasro – intestinal
Pada kebanyakan negara berkembang termasuk Indonesia, toksisitas Pb terjadi pada anak balita, umur sekitar 2 – 4 tahun yang tinggal di kawasan kumuh dan dibawah standar hidup layak, sehingga kecukupan gizi sangat dibawah standar. Anak yang hidup dalam lingkugan tersebut cenderung mempunyai kebiasaan makan sembarangan dan mengkonsumsi bahan yang tercemar Pb.
Anak usia balita sampai menjelang kedewasan ( sekitar 10 tahun ), biasanya lebih peka terhadap toksisitas timbal daripada orang dewasa, hal ini disebakan karena :
a).      Anak tersebut mengkonsumsi makanan lebih banyak bila dihubungkan dengan setiap unit bobot badannya.
b).      Absorpsi Pb lebih intensif dalam saluran pencernaannya.
c).      Organ vitalnya, seperti otak, ginjal, hati dan tulangnya relatif masih muda dan terus berkembang. Gejala keracunan akut biasanya dimulai
d).      Dengan hilangnya nafsu makan, diikuti dengan sakit perut dan muntah, tidak ada keinginan untuk bermain, berjalan sempoyongan, sulit berkata, ensefalopati dan akhirnya koma. Sedangkan pada keracunan kronis tidak begitu terlihat gejalanya secara nyata, tetapi berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa anak akan mengalami kemunduran dalam berpikir sehingga anak penderita tersebut mejadi bodoh.


3.5.   Upaya-upaya Penanggulangan Pencemaran oleh Pb
Lebih baik mencegah dari pada menanggulangi merupakan suatu motto yang tetap diakui hingga saat ini.Untuk itu, sebelum terjadi kasus yang lebih parah perlu dilakukan tindakan-tindakan pencegahan.
Pengendalian Pb yang merupakan sebagian dari gas buang kendaran bermotor cukup sulit, karena cukup banyak variable yang mempengaruhinya diantaranya cara mengemudi, ketaatanperawatan, kemacetan, banyaknya kendaraan pribadi,dll.Untuk itu perlu dilakukan beberapa pendekatan,antara lain :

1).      PendekatanTeknis
Timah hitam yang keluar dari knalpot berbentuk partikel yang sangat halus,adanya polutan timbal (Pb) karena dalam bensin diberikan bahan tambah berupa Pb (C2H5)4 yaitu Tetra Ethil Lead (TEL ) sebagai upaya untuk meningkatkan angka oktan. Partikel Pb dapat mencemari tanaman
pangan,dan bila hasil tanaman tersebut dikonsumsi manusia maka dapat menyebabkan keracunan.
Untuk menghilang kanpolutan Pb dapat dilakukan secara teknik, yaitu dengan mengendalikan bahan bakar yang akan digunakan oleh kendaraan bermotor. Hal ini dapat dilakukan dengan menggantikan TEL dengan anti knocking yang lain yang tidak mengandung Pb. Mencari bahan alternatif juga merupakan solusi yang banyak ditawarkan. Bahan bakar tersebut dapat berupa bahan bakar gas (BBG).
Mobil listrik merupakan solusi program langit biru yang paling tepat karena tidak menggunakan motor bakar sebagai tenaga penggerak, melainkan motor listrik sehingga emisinya nol. Pada saat ini mobil listrik bukan Propotipe lagi melainkan sudah diproduksi secara massal dan dijual pada pasar mobil.

2).      Pendekatan Planatologi, Administrasi dan Hukum
Pemerintah mempunyai posisi yang paling srategis dalam upaya pengendalian pencemaran Pb ini. Pemerintah dapat menyusun tata kota dan rambu   lalu lintas yang memungkinkan kendaraan dapat berjalan lancar, dapat mengontrol kadar Pb dan mengenakan sanksi atas pengendara yang melanggar.
Menurut hasil uji emisi kendaraan bermotor akhir juni 1996 di Jakarta selama 6 hari, sebanyak 60% kendaraan bermotor telah melampaui baku mutu emisi.Hukum sebagai salah satu sarana dalam upaya untuk mencegah dan menanggulangi akibat dari emisi gas kendaraan bermotor karena di undang-undang telah disebutkan syarat – syarat kendaraan bermotor.

3).      Pendekatan Edukasi
Upaya mengurangi Pb dalam udara bukan hanya tugas pemerintah saja, melainkan tanggung jawab seluruh rakyat. Untuk itu dapat dilakukan dengan cara :
a).       Memberikan informasi secara intensif kepada masyarakat tentang dampak Pb pada kesehatan dan lingkungan, serta bagaimana cara mengatasinya. Dengan mengetahui dampak tersebut diharapkan timbul kesadaran masyarakat untuk melakukan upaya mengatasinya.
b).      Melakukan pendidikan dan pelatihan pada orang-orang yang potensial menjadi penyebab meningkatnya pencemaran Pb, seperti pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, mekanik/teknisi yang melakukan perawatan kendaraan.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


4.1.  Kesimpulan
Dalam kehidupan, logam Pb sangat membantu dalam hal pemenuhan kehidupan manusia, misal untuk pembuatan baterai, bahan bakar kendaraan sebagai penghantar listrik dll. Namun kurangnya kebijakan manusia dalam menggunakannya secara rasional membuat Pb sangat berbahaya di alam yang akhirnya juga mengganggu khidupan manusia itu sendiri. Karena pencemaran Pb di berasal dari gas buang kendaraan bermotor, dimana zat tersebut berdampak sangat berbahaya bagi kesehatan.
Untuk mengendalikan pencemaran Pb tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan teknis yaitu dengan mengupayakan pembakaran sempurna dan mencari bahan bakar alternatif. Pemerintah mempunyai posisi strategis untuk melakukan pendekatan Planatologi ,administrasi dan hukum. Sedangkan untuk meningkatkan kedisiplinan peraatan dan cara mengemudikan yang baik dan benar dapat dilakukan pendekatan edukatif.


4.2.  Saran
Penyusun menyarankan agar mahasiswa dapat lebih bermawas diri terhadap pencemaran Pb di lingkungan sekitar dengan banyak membaca buku, artikel, jurnal, literatur dan berbagai informasi tentang bahaya Pb di lingkungan sekitar.
 
;
menu autocaristes pas cher | free wordpress themes download | WordPress tutoriels