TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN
“TIMBAL (Pb)”
Dosen
Pembimbing : Warniningsih, ST., M.Kes
DI SUSUN OLEH :
Kelas SARMAG Angkatan 2014
PROGRAM
STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
INSTITUT
TEKNOLOGI YOGYAKARTA
(STTL
‘YLH’ YOGYAKARTA)
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada
lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu
konstan. Kualitas dari udara yang telah berubah komposisinya dari komposisi
udara alamiahnya adalah udara yang sudah tercemar sehingga tidak dapat
menyangga kehidupan. Udara merupakan komponen kehidupan yang sangat penting
untuk kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan
dan hewan. Tanpa makan dan minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi
tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.
Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup , zat, energi dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air
atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali.
Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu
atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan, atau gas yang masuk
terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan
penyebaran ini tentu tergantung pada keadaan geografi dan metereologi setempat.
Sebagian besar pencemar udara (sekitar 75%) berasal gas buangan hasil
pembakaran bahan bakar fosil. Sumber polusi yang utama berasal dari kendaraan
bermotor. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri,
pembuangan limbah dan lain-lain.
Sumber pencemaran timbal (Pb) terbesar berasal dari pembakaran bensin,
dimana dihasilkan berbagai komponen timbal (Pb), Timbal (Pb) dicampurkan ke
dalam bensin sebagai anti letup atau anti knock aditif dengan kadar sekitar 2,4
gram/gallon. Timbal (Pb) yang digunakan untuk anti knock adalah tetraethyl
timbal (C2H5)4. Fungsi penambahan timbal (Pb) adalah dimaksudkan untuk meningkatkan
bilangan oktana. Timbal (Pb) adalah bahan yang dapat meracuni lingkungan dan
mempunyai dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh. Timbal (Pb) dapat masuk ke
tubuh melalui inhalasi, makanan dan minuman serta absorbsi melalui kulit, dan juga keperairan.
Menurut Environment Project Agency, sekitar 25% Pb tetap berada dalam
mesin dan 75% lainnya akan mencemari udara sebagai asap knalpot. Emisi Pb dari gas
buangan tetap akan menimbulkan pencemaran udara dimanapun kendaraan itu berada,
tahapannya adalah sebagai berikut: sebanyak 10% akan mencemari lokasi dalam
radius kurang dari 100 m, 5% akan mencemari lokasi dalam radius 20 Km, dan 35%
lainnya terbawa atmosfer dalam jarak yang cukup jauh.
Logam Timbal (Pb) sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat
membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia
setiap hari akan diserap, disimpan dan kemudian ditampung dalam darah. Bentuk
kimia Pb merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam
tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh
tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui
saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh.
Tidak semua Pb yang terhisap atau tertelan ke dalam tubuh akan
tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan
diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang
terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal
di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya.
1.2.
Rumusan Masalah
1).
Apa pengaruh Pb di lingkungan sekitar ?
2).
Bagaimana efek Pb terhadap kesehatan manusia ?
3).
Bagaimana penyebaran, sifat, dan penggunaan Pb dalam
kehidupan manusia ?
1.3.
Tujuan Penulisan
1).
Untuk mengetahui pengaruh Pb di lingkungan sekitar.
2).
Untuk mengetahui efek Pb terhadap kesehatan manusia.
3).
Untuk mengetahui penyebaran, sifat, dan penggunaan Pb
dalam kehidupan manusia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Logam merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam dapat ditemukan dan
menetap di alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh fisika
kimia, biologis atau akibat aktivitas manusia. Toksisitasnya dapat berubah
drastis apabila bentuk kimianya berubah. Umumnya logam bermanfaat bagi manusia
karena pengggunaannya di bidang industri, pertanian atau kedokteran. Sebagian
merupakan unsur penting karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimia atau
faali. Dilain pihak, logam dapat berbahaya bagi kesehatan bila terdapat dalam
makanan, air atau udara (Darmono,2001).
Logam-logam tertentu sangat berbahaya apabila ditemukan dalam konsentrasi
yang tinggi dalam lingkungan, karena logam tersebut mempunyai sifat yang
merusak jaringan tubuh mahluk hidup, diantaranya logam Pb (timbal).
Pencemaran udara yang ditimbulkan
oleh asap buangan pabrik dan pencemaran air permukaan yang disebabkan limbah
cair dari pabrik, begitu juga pencemaran air tanah akan menimbulkan dampak
negatif bagi penduduk di sekitarnya. Pencemaran tersebut akan terbukti dengan analisis limbah pabrik tersebut dan dapat diamati
dari kondisi gejala yang terjadi pada penduduk sekitarnya (Darmono, 2008).
Di negara Indonesia sumber
pencemar pada saat ini masih terus diteliti. Dari data sumber pencemar air di
Amerika Serikat tahun 1968 sumber pencemar dari transportasi berjumlah 90,5
ton/tahun. Dengan jumlah tersebut dapat diperkirakan sumber pencemar di
Indonesia didominasi dari transportasi (Wardana, 2004).
Logam Pb atau timbal sebagai gas
buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan.
Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan, dan kemudian
ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang
mempengarui sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalanya tetra
ethil Pb segera dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa.
Pb organik di absorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan
merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh (bplhdjabar.go.id, 2009).
Selain mengakibatkan pencemaran udara efek Pb dapat menyerang ibu hamil.
Menurut Pusat Pengendalian Penyakit AS, sistem syaraf janin yang perkembang
rentan pada racun timbal. Racun syaraf diamati pada anak dari wanita yang
terpapar karena kemampuan timbal melintas halangan plasenta dan menyebabkan
cacat syaraf janin. Masalah khusus wanita hamil adalah penumpukan timbal di
tulang di lepaskan ke darah saat hamil. Beberapa studi memberi bukti ibu hamil
yang terkena paparan timbal walaupun sedikit dapat mengakibatkan gangguan
intelektual dan perubahan perilaku pada anak (Educationmade.blogspot.com,
2011).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
Pengertian Timbal (Pb)
Timbal adalah suatu unsur kimia dalam
tabel periodik yang memiliki lambang Pb dan nomor atom 82. Lambangnya diambil
dari bahasa Latin Plumbum. Logam ini termasuk dalam kelompok logam-logam
golongan IV-A pada table periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82
dengan bobot (BA) 207,2.
Timbal adalah logam berat yang terdapat
secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil
melalui proses alami. Timbal dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah
hitam. Timbal terakumulasi di lingkungan, tidak dapat terurai secara biologis
dan toksisitasnya tidak berubah sepanjang waktu. Timbal bersifat toksik jika
terhirup atau tertelan oleh manusia dan di dalam tubuh akan beredar mengikuti
aliran darah, diserap kembali di dalam ginjal dan otak, dan disimpan di dalam
tulang dan gigi.
3.2.
Sifat Timbal (Pb)
Logam timbal atau Pb mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti berikut :
1.
Merupakan logam yang lunak,
sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat
dibentuk dengan mudah.
2.
Meruakan logam yang tahan
terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan
sebagai bahan coating.
3.
Mempunyai titik lebur rendah,
hanya 327,5 °C.
4.
Mempunyai kerapatan yang lebih
besar dibandingkan dengan logam-logam bisa, kecuali emas dan merkuri.
5.
Merupakan penghantar listrik
yang tidak baik.
Timbal dan persenyawaannya banyak digunakan
dalam berbagai bidang. Dalam industri baterai, timbal digunakan
sebagai grid yang meruapakan alloy (suatu persenyawaan) dengan logam
bismut (Pb-Bi) dengan perbandingan 93:7. Timbal oksida (PbO4) dan
logam timbal dalam industri baterai digunakan sebagai bahan yang aktif dalam
pengaliran arus elektron. Kemampuan timbal dalam membentuk alloy dengan banyak
logam lain telah dimanfaatkan untk meningkatkan sifat metalurgi dari logam ini
dalam penerapan yang sangat luas.
Kemampuan Pb untuk berikatan
dengan atom N (nitrogen) untuk membentuk senyawa azida. Senyawa ini merupakan
suatu jenis senyawa mempunyai kemapuan ledakan dengan pencaran energi yang
besar. Karena itu, senyawa azida banyak digunakan sebagai denator (bahan
peledak).Bentuk-bentuk dari persenyawaan yang dibentuk oleh Pb dengan unsur
kimia lainnya, serta fungsi dari bentuk persenyawaan tersebut dapat dilihat
pada Tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1Bentuk Persenyawaan Pb dan Kegunaannya
Bentuk Persenyawaan
|
Kegunaan
|
Pb + Sb
|
Kabel telepon
|
Pb + As + Sn +Bi
|
Kabel listrik
|
Pb + Ni
|
Senyawa azida untuk bahan
peledak
|
Pb + Cr + Mo+ Cl
|
Untuk pewarnaan pada cat
|
Pb – asetat
|
Pengkilapan keramik &
Bahan anti api
|
Pb + Te
|
Pembangkit listrik tenaga
panas
|
Tetrametil – Pb &
Tetraetil – Pb
|
Aditive untuk bahan bakar
kendaraan bermotor
|
Senyawa tetrametil-Pb dan tertraetil-Pb dapat diserap oleh kulit. Hal
ini disebabkan kedua senyawa tersebut dapat larut dalam minyak dan lemak.
Sedangkan dalam lapisan udara tetraetil-Pb akan teruarai dengan cepat karena adanya
sinar matahari. Tetraetil-Pb akan teruarai membentuk trietil-Pb, dietil-Pb dan
monoetil-Pb. Semua senyawa uraian dari tetraetil-Pb tersebut memiliki bau yang
spesifik sepert bau bawang putih, sulit larut dalam minyak akan tetapi semua
senyawa turunan ini dapat larut dengan baik dalam air. Senyawa-senyawa Pb dalam
keadaan kering dapat terdispersi di dalam udara, sehingga kemudian
terhirup pada saat bernapas, dan sebagian akan menumpuk di kulit dan atau
terserap oleh daun tumbuhan.
Sumber-sumber lain yang menyebabkan Pb dapat masuk ke udara ada
bermacam-macam. Di antara sumber alternatif ini yang tergolon besar adalah
pembakaran batu bara, asap dari pabrik-pabrik yang mengolah senyawa alkil-Pb,
Pb-oksida, peleburan bijih Pn dan transfer bahan bakar kendaraan bermotor,
karena senyawa alkil-Pb yang terdapat dalam bahan bakar tersebut dengan sangat
mudah menguap.
3.3.
Timbal di Lingkungan Sekitar
3.3.1.
Timbal (Pb) di Udara
Jumlah Pb di udara mengalami peningkatan sangat
drastis sejak dimulainya revolusi industri di Benua Eropa. Asap yang berasal
dari cerobong pabrik sampai knalpot kendaraan telah melepas Pb ke udara. Arus
angin menerbangkan debu – debu dan partikulat – partikulat yang mengandung Pb
ke daerah kutub. Debu dan partikulat tersebut menumpak pada lapisan atmosfer di
kutub, dan dibawa turun oleh salju untuk selanjutnya membentuk lapisan es.
Emisi Pb pada lapisan atmosfir bumi dapat
berbentuk gas dan partikulat. Emisi Pb dalam bentuk gas, berasal dari gas
kendaraan bermotor. Emisi tersebut merupakan hasil samping dari pembakaran yang
terjadi dalam mesin kendaraan. Pb yang merupakan hasil samping dari
pembakaran berasal dari senyawa tetrametil – Pb dan tetraetil – Pb
yang selalu ditambahkan dalam bahan bakar kendaraan bermotor dan berfungsi
sebagai anti ketuk ( anti-knock ) pada mesin – mesin kendaraan.
Selain itu, dalam bahan bakar kendaraan bermotor
biasanya ditambahkan pula bahan scavenger, yaitu etilendibromida ( C2H4Br2 )
dan etilendikhlorida ( C2H4C12 ). Senyawa
ini dapat mengikat residu Pb yang dihasilkan setelah pembakaran, sehingga di
dalam gas buangan terdapat senyawa Pb dengan halogen.
Kandungan senyawa Pb dalam berbagai ikatan yang ada dalam asap kendaraan
bermotor dapat dilihat dalam tabel 1.2 berikut :
Tabel 1.2Kandungan Senyawa Pb
Dalam Gas Buangan
Kendaraan Bermotor
Senyawa Pb (%)
|
0 jam
|
18 jam
|
PbBrCl
|
32,0
|
12,0
|
PbBrCl. 2PbO
|
31,4
|
1,6
|
PbCl2
|
10,7
|
8,3
|
Pb(OH)Cl
|
7,7
|
7,2
|
PbBr2
|
5,5
|
0,5
|
PbCl2. 2PbO
|
5,2
|
5,6
|
Pb(OH)Br
|
2,2
|
0,1
|
PbOx
|
2,2
|
21,2
|
PbCO3
|
1,2
|
13,8
|
PbBr2. 2PbO
|
1,1
|
0,1
|
PbCO3. 2PbO
|
1,0
|
29,6
|
Senyawa tetrametil-Pb dan tetraaetil-Pb dapat
diserap oleh kulit. Hal ini disebabkan kedua senyawa tersebut dapat larut dalam
minyak dan lemak. Sedangkan dalam lapisan udara tetraetil-Pb terurai dengan
cepat karena adanya sinar matahari. Tetraetil-Pb akan terurai membentuk
trietil-Pb, dietil-Pb dan monoetil-Pb. Semua senyawa uraian dari putih, sulit
larut dalam minyak akan tetapi semua senyawa turunan ini dapat larut degnan
baik dalam air. Senyawa-senyawa Pb dalam keadaan kering dapat terdispersi di
dalam udara, sehingga kemudian terhirup pada saat bernafas, dan sebagian akan
menumpuk di dalam kulit dan atau terserap oleh daun tumbuhan.
Sumber-sumber lain yang menyebabkan Pb dapat
masuk ke udara ada bermacam-macam. Di antara sumber alternaif ini yang
tergolong besar adalah pembakaran batu bara, asap dari pabrik-pabrik yang
mengolah senyawa alkil-Pb, Pb-oksida, peleburan bijih Pn dan transfer bahan
bakar kendaraan bermotor, karena senyawa alkil-Pb yang terdapat dalam bahan
bakar tersebut dengan sangat mudah menguap.
3.3.2. Timbal (Pb) di Air dan Makanan
Secara alamiah, Pb dapat masuk ke badan perairan
melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Di samping itu,
proses korosifikasi dari bantuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin, juga
merupakan salah satu jalur sumber Pb yang akan masuk ke dalam badan perairan.
Pb yang masuk ke dalam badan perairan sebagai dampak dari aktivitas kehidupan
manusia ada bermacam bentuk. Di antaranya adalah air buangan (limbah) dari
industri yang berkaitan dengan Pb, air buangan dari pertambangan bijih timah
hitam dan buangan sisa industri baterai.
Selain kontaminasi Pb pada minuman, juga
ditemukan kontaminasi Pb pada makanan olahan atau makanan kaleng. Makanan yang
telah diasamkan dapat melarutkan Pb dari wadah atau alat-alat pengolahannya.
Proses masuknya Pb ke dalam tubuh dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui
makana dan minuman, udara, air dan perembesan atau penetrasi pada selaput atau
lapisan kulit.
Senyawa-senyawa Pb organik relatif lebih mudah
untuk diserap tubuh melalui selaput lendir atau melalui lapisan kulit, bila
dibandingkan dengan senyawa-senyawa Pb an-organik. Senyawa Pb organik umumnya
masuk ke dalam tubuh melalui jalur pernafasan dan atau penetrasi melewati
kulit. Penyerapan lewat kulit ini dapat terjadi disebabkan karena senyawa ini
dapat larut dalam minyak dan lemak.
3.4.
Keracunan oleh Logam Pb
Selain dalam bentuk logam murni, timbal ditemukan dalam bentuk senyawa
organik dan anorganik. Semua bentuk Pb berpengaruh terhadap toksisitas pada
manusia. Pengaruh toksisitas akut jarang di jumpai, tetapi pengaruh toksititas
kronis paling sering ditemukan. Pengaruh toksisitas kronis sering dijumpai pada
pekerja di pertambangan dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil ( proses
pengecatan ), penyimpanan baterai, percetakan, pelapisan logam, dan pengecatan
sistem semprot.
1).
Mekanisme toksisitas Pb
Timbal adalah logam toksik bersifat kumulatif
sehingga mekanisme toksisitasnya dibedakan menurut beberapa organ yang
dipengaruhinya yaitu sebagai berikut.
a).
Sistem hemopiotik
Pb mengahambat sistem
pembentukan hemoglobin sehingga menyebabkan anemia.
b).
Sistem syaraf pusat dan tepi
Menyebabkan gangguan
ensefalopati dan gejala gangguan syaraf perifer.
c).
Sistem reproduksi
Menyebabkan
kematian janin waktu melahirkan pada wanita serta hipospermi dan teratospermia pada pria.
d).
Sistem kardiovaskuler
Menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler pembuluh darah.
e).
Sistem ginjal
Menyebabkan aminoasiduria,
fosfaturia, glokusuria, nefropati, fibrosis, dan atrofi glomerular.
f).
Sistem endokrin
Mengakibatkan gangguan fungsi
tiroid dan fungsi adrenal.
g).
Sistem gastro – intestinal
Menyebakan kolik dan
konstipasi.
3.4.1. Efek Pb pada Sintesa Hemoglobin
Sel-sel darah merah merupakan suatu bentuk
kompleks khelat yang di bentuk oleh logam Fe (besi) dengan
gugus haeme dan globin. Sintesa dari kompleks tersebut
melibatkan 2 macam enzim, yaitu enzim ALAD (Amino Levukinic Acid Dehidrase)
atau asam amino levulinat dehidrase dan enzim ferrokhelatase. Enzim ALAD
adalah enzim jenis sitoplasma. Enzim ini akan beraksi secara aktif pada tahap
awal sintesa dan selama sirkulasi sel darah merah berlangsung.
Keracunan yang terjadi sebagai akibat
kontaminasi dari logam Pb dapat menimbulkan hal-hal sebagai berikut :
a).
Meningkatkan kadar ALA (
d-Amino Levulinic Acid ) dalam darah dan
urine.
b).
Meningkatkan kadar
protoporphirin dalam sel darah merah.
c).
Memperpendek umur sel darah
merah.
d).
Menurunkan jumlah sel darah
merah.
e).
Menurunkan
kadar retikulosit (sel-sel darah merah yang masih muda).
f).
Meningkatkan kandungan logam
Fe dalam plasma darah.
3.4.2. Efek Pb pada Sistem Syaraf
Di antara semua sistem pada
organ tubuh, sistem syaraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya
racun yang dibawa oleh logam Pb. Pb dapat menimbulkan kerusakan pada otak.
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan otak, sebagai akibat dari keracunan
Pb adalah epilepsi, halusinasi, kerusakan pada otak besar, dan delirium,
yaitu sejenis penyakit gula.
3.4.3. Efek Pb pada Sistem Reproduksi
Percobaan terhadap tikus putih jantan dan betina
yang diberi perlakuan dengan 1 % Pb – asetat kedalam makanannya, menunjukkan
hasil berkurangnya kemampuan sistem reproduksi dari hewan tersebut. Embrio yang
dihasilkan dari perkawinan yang terjadi tikus jantan yang diberi perlakuan
dengan tikus betina normal, mengalami hambatan dalam pertumbuhannya. Sedangkan
janin pada betina yang diberi perlakuan mengalami pengukuran dalam ukuran,
hambataan pada pertumbuhan dalam rahim induk dan setelah dilahirkan.
3.4.4. Efek Pb terhadap Jantung
Organ lain yang dapat diserang oleh racun yang
dibawa oleh logam Pb adalah jantung. Namun sejauh ini perubahan dalam otot
jantung sebagai akibat dari keracunan Pb baru ditemukan pada anak-anak.
Perubahan tersebut dapat dilihat dari ketidak normalan EKG. Tetapi setelah
diberikan bahan khelat, EKG akan kembali normal.
3.4.5. Efek Pb terhadap ginjal
Senyawa – senyawa Pb yang terlarut dalam darah
akan dibawa oleh darah ke seluruh sistem tubuh. Pada peredarannya, darah akan
terus masuk ke glomerulus yang merupakan bagian dari ginjal. Dalam glomerulus
tersebut terjadi proses pemisahan akhir dari semua bahan yang dibawa darah,
apakah masih berguna bagi tubuh atau harus dibuang karena sudah tidak
diperlukan lagi.
Ikut sertanya senyawa Pb yang terlarut dalam
darah ke sistem urinaria ( ginjal ) dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
pada saluran ginjal. Kerusakan yang terjadi tersebut disebabkan
terbentuknya intranuclear inclusion bodies yang disertai dengan
membentuk aminociduria, yaitu terjadinya kelebihan asam amino dalam urine.
Aminociduria dapat kembali normal setelah selang
waktu beberapa minggu, tetapi intranuclear inclusion bodies membutuhkan waktu
bertahun – tahun untuk kembali normal.
3.4.6. Efek Pb terhadap endokrin
Efek yang dapat ditimbulkan oleh keracunan Pb
terhadap fungsi sistem endokrin mungkin merupakan yang paling sedikit yang
pernah diteliti dibandingkan dengan sistem – sistem lain dari tubuh.
Pengukuran terhadap steroid dalam urine pada
kondisi paparan Pb yang berbeda dapat digunakan untuk melihat hubungan
penyerapan Pb oleh sistem endokrin. Dari pengamatan yang dilakukan dengan
paparan Pb yang berbeda terjadi pengurangan pengeluaran steroid dan terus
mengalami peningkatan dalam posisi minus. Kecepatan pengeluaran aldosteron juga
mengalami penurunan selama pengurangan konsumsi garam pada orang yang keracunan
Pb dari penyulingan alkohol. Endokrin lain yang diuji pada manusia adalah
endokrin tiroid. Fungsi dari tiroid sebagai hormon akan mengalami tekanan bila
manusia kekurangan I 131 ( yodium isotop 131 ).
3.4.7. Efek Pb terhadap gasro – intestinal
Pada kebanyakan negara berkembang termasuk
Indonesia, toksisitas Pb terjadi pada anak balita, umur sekitar 2 – 4 tahun
yang tinggal di kawasan kumuh dan dibawah standar hidup layak, sehingga
kecukupan gizi sangat dibawah standar. Anak yang hidup dalam lingkugan tersebut
cenderung mempunyai kebiasaan makan sembarangan dan mengkonsumsi bahan yang
tercemar Pb.
Anak usia balita sampai menjelang kedewasan (
sekitar 10 tahun ), biasanya lebih peka terhadap toksisitas timbal daripada
orang dewasa, hal ini disebakan karena :
a).
Anak tersebut mengkonsumsi
makanan lebih banyak bila dihubungkan dengan setiap unit bobot badannya.
b).
Absorpsi Pb lebih intensif
dalam saluran pencernaannya.
c).
Organ vitalnya, seperti otak,
ginjal, hati dan tulangnya relatif masih muda dan terus berkembang. Gejala keracunan
akut biasanya dimulai
d).
Dengan hilangnya nafsu makan,
diikuti dengan sakit perut dan muntah, tidak ada keinginan untuk bermain,
berjalan sempoyongan, sulit berkata, ensefalopati dan akhirnya koma. Sedangkan
pada keracunan kronis tidak begitu terlihat gejalanya secara nyata, tetapi
berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa anak akan mengalami kemunduran dalam
berpikir sehingga anak penderita tersebut mejadi bodoh.
3.5.
Upaya-upaya Penanggulangan Pencemaran oleh Pb
Lebih baik mencegah dari pada menanggulangi merupakan suatu motto yang tetap diakui hingga saat ini.Untuk itu,
sebelum terjadi kasus yang lebih parah perlu dilakukan tindakan-tindakan pencegahan.
Pengendalian Pb yang merupakan sebagian dari gas
buang kendaran bermotor cukup sulit, karena cukup banyak variable yang mempengaruhinya diantaranya cara mengemudi,
ketaatanperawatan, kemacetan, banyaknya kendaraan pribadi,dll.Untuk itu perlu dilakukan beberapa pendekatan,antara lain :
1). PendekatanTeknis
Timah hitam yang keluar dari knalpot berbentuk partikel yang sangat halus,adanya polutan timbal (Pb) karena dalam bensin diberikan bahan tambah berupa Pb
(C2H5)4 yaitu
Tetra Ethil Lead (TEL ) sebagai upaya untuk meningkatkan angka oktan. Partikel Pb dapat mencemari tanaman
pangan,dan bila hasil tanaman tersebut dikonsumsi manusia maka dapat menyebabkan keracunan.
pangan,dan bila hasil tanaman tersebut dikonsumsi manusia maka dapat menyebabkan keracunan.
Untuk menghilang kanpolutan Pb dapat dilakukan secara teknik, yaitu dengan mengendalikan bahan bakar yang
akan digunakan oleh kendaraan bermotor. Hal ini dapat dilakukan dengan menggantikan TEL
dengan anti knocking yang lain yang tidak mengandung Pb. Mencari bahan alternatif juga
merupakan solusi yang banyak ditawarkan. Bahan bakar tersebut dapat berupa
bahan bakar gas (BBG).
Mobil listrik merupakan solusi program langit
biru yang paling tepat karena tidak menggunakan motor bakar sebagai tenaga
penggerak, melainkan motor listrik sehingga emisinya nol. Pada saat ini mobil
listrik bukan Propotipe lagi melainkan sudah diproduksi secara massal dan
dijual pada pasar mobil.
2). Pendekatan Planatologi, Administrasi dan Hukum
Pemerintah mempunyai posisi yang paling srategis
dalam upaya pengendalian pencemaran Pb ini. Pemerintah dapat menyusun tata kota
dan rambu lalu lintas yang memungkinkan kendaraan dapat
berjalan lancar, dapat mengontrol kadar Pb dan mengenakan sanksi atas
pengendara yang melanggar.
Menurut hasil uji emisi kendaraan bermotor akhir juni 1996 di Jakarta
selama 6 hari, sebanyak 60% kendaraan bermotor telah melampaui baku mutu
emisi.Hukum sebagai salah satu sarana dalam upaya untuk mencegah dan
menanggulangi akibat dari emisi gas kendaraan bermotor karena di undang-undang
telah disebutkan syarat – syarat kendaraan bermotor.
3). Pendekatan Edukasi
Upaya mengurangi Pb dalam udara bukan hanya tugas pemerintah saja,
melainkan tanggung jawab seluruh rakyat. Untuk itu dapat dilakukan dengan cara
:
a).
Memberikan informasi secara intensif kepada masyarakat tentang dampak Pb pada kesehatan dan lingkungan, serta bagaimana cara mengatasinya. Dengan mengetahui
dampak tersebut diharapkan timbul kesadaran masyarakat untuk melakukan
upaya mengatasinya.
b). Melakukan pendidikan dan pelatihan pada orang-orang yang
potensial menjadi penyebab meningkatnya pencemaran Pb, seperti pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, mekanik/teknisi yang melakukan perawatan kendaraan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
Dalam kehidupan, logam Pb sangat membantu dalam hal pemenuhan kehidupan
manusia, misal untuk pembuatan baterai, bahan bakar kendaraan sebagai
penghantar listrik dll. Namun kurangnya kebijakan manusia dalam menggunakannya
secara rasional membuat Pb sangat berbahaya di alam yang akhirnya juga
mengganggu khidupan manusia itu sendiri. Karena pencemaran Pb di berasal
dari gas buang kendaraan bermotor, dimana zat tersebut berdampak sangat
berbahaya bagi kesehatan.
Untuk mengendalikan pencemaran Pb tersebut dapat dilakukan melalui
pendekatan teknis yaitu dengan mengupayakan pembakaran sempurna dan mencari
bahan bakar alternatif. Pemerintah mempunyai posisi strategis untuk melakukan
pendekatan Planatologi ,administrasi dan hukum. Sedangkan untuk meningkatkan
kedisiplinan peraatan dan cara mengemudikan yang baik dan benar dapat dilakukan
pendekatan edukatif.
4.2. Saran
Penyusun menyarankan agar mahasiswa dapat lebih bermawas diri terhadap
pencemaran Pb di lingkungan sekitar dengan banyak membaca buku, artikel,
jurnal, literatur dan berbagai informasi tentang bahaya Pb di lingkungan
sekitar.